Jumat, 22 Januari 2021
Hari ke-5 Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani
Bacaan Injil: Mrk 3:13-19
“Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil” (Mrk 3:14)
Saudari/a ku ytk.,
PROSES panggilan setiap orang untuk menjadi imam itu sangat unik. Setiap imam bisa berbeda-beda. Tuhan memanggilnya. Manusia menanggapi panggilan itu dengan masuk seminari.
Di seminari para calon imam digembleng dan dididik. Seminari ibarat kawah candra dimuka bagi para calon gembala Gereja.
Di seminari para calon imam dilatih dan dibiasakan hari demi hari untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengikuti Yesus. Jika dari lulus SMP, paling tidak dibutuhkan waktu selama 12 tahun untuk proses pembentukan dan pembinaan seorang calon imam.
Saat waktunya maju ke depan altar untuk menerima rahmat Tahbisan Imamat pun, seorang frater biasanya merasa tidak layak dan tidak pantas. Apapun kelemahannya, pastor adalah orang biasa yang dipanggil Tuhan untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa. Dia punya keterbatasan, tetapi rahmat Tuhan menyempurnakannya. Tuhan memberinya kuasa imamat yang luar biasa.
Melalui seorang pastor, Tuhan bisa saja membuat orang yang kehilangan harapan kembali mendapatkan harapan. Orang yang kering hidupnya mengalami kesegaran. Orang yang lemah mendapatkan kekuatan kembali. Orang yang sedih mendapatkan kegembiraan, dll. Dalam diri seorang pastor, Tuhan sedang berkarya demi keselamatan jiwa-jiwa.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan proses panggilan para murid Yesus. Tuhan Yesus memanggil para murid di atas bukit. Diungkapkan, “Naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya.” Pemanggilan atas orang-orang tertentu sejak masa awal pelayanan Yesus mempunyai 3 tujuan yaitu:
Pertama, untuk tinggal bersama Yesus. Persekutuan pribadi dengan Yesus ini menjadi hal yang pertama dan utama. Dengan tinggal bersama Yesus, seseorang semakin mengenal, percaya dan mengerti. Dalam persekutuan pribadi dengan-Nya adalah pembentukan karakter agar menjadi seperti karakter-Nya.
Kedua, diutus memberitakan Injil. Para murid menjadi utusan atau duta Kristus untuk masuk ke dalam dunia, untuk mewartakan kabar gembira atau Injil, bukan mewartakan diri sendiri.
Ketiga, menerima kuasa. Para murid diberi bekal, berupa kuasa. Mereka menerima kuasa untuk melayani, bukan untuk dipakai sesuka hatinya.
Para murid dipanggil, diutus dan diberi kuasa. Hal itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila seseorang dipanggil, pasti Tuhan akan membentuknya dengan sebaik-baiknya agar siap diutus melayani umatnya.
Pertanyaan refleksinya, apakah Anda peka terhadap panggilan, pembentukan, dan perutusan Tuhan untuk Gereja, masyarakat dan tempat kerja Anda? Bersediakah Anda dilibatkan Tuhan untuk karya keselamatanNya pada zaman sekarang ini?
Mari secara khusus kita doakan para imam dan rekan-rekan muda yang sedang dalam proses menanggapi panggilan Tuhan.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Seminari Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)