Percik Firman : Doa yang Terbaik

0
60 views

Selasa, 20 Februari 2024

Bacaan Injil : Mat. 6: 7-15

Saudari/a ku ytk.,

ADA seorang kudus yang menginspirasi dan menyentuh saya. Namanya Santo Charles de Foucauld (1858 – 1916). Sejak umur 6 tahun, dia sudah menjadi yatim piatu. Dia masuk seminari/biara dalam usia 32 tahun dan ditahbiskan menjadi imam dalam usia 43 tahun. 

Yang menarik, sebagian besar hidupnya ia berkarya dan mewartakan Injil di daerah padang gurun Sahara, Afrika. Dia membebaskan banyak budak. Ia mendirikan Persaudaraan Yesus Caritas. Dia meninggal sebagai martir pada tanggal 1 Desember 1916. Dia diangkat menjadi santo oleh Paus Fransiskus pada tanggal 15 Mei 2022. 

Salah satu warisan doanya yang terkenal adalah Doa Penyerahan (Puji Syukur no. 220). Doa yang sangat singkat, mendalam, dan penuh makna. Doa itu diawali dengan sapaan, “Bapa, kuserahkan diriku ke dalam tangan-Mu”. 

Dan doa itu diakhiri dengan ungkapan, “Oleh karena itu, kuberikan diriku, kuserahkan diriku ke dalam tangan-Mu, tanpa syarat, dan dengan kepercayaan tanpa batas, sebab Engkau adalah Bapaku”. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus mengajak para murid untuk menyebut Allah sebagai Bapa. Dia juga mengajari para murid doa Bapa Kami. 

Bagi Santo Thomas Aquinas, Doa Bapa Kami adalah doa yang paling sempurna (KGK no. 2763). Menurut Tertullianus, doa Bapa Kami adalah kesimpulan atau ringkasan seluruh Injil (KGK, no. 2761).

Doa adalah komunikasi dengan Allah untuk memuji, mengucap syukur, dan mengajukan permohonan. Itulah sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai memuji Allah sebagai Bapa. 

Karena Yesuslah kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Kita adalah anak-anak Allah. Apa nggak hebat dan bangga kita ini? Yesus mengajak kita untuk memuji Allah, bersyukur dan baru memohon kepadaNya. 

Doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian, baik untuk kepentingan Allah maupun kepentingan kita. Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru karena kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Allah Bapa kepada kita. 

Tuhan Yesus mengajak kita untuk berdoa dengan tidak bertele-tele. “Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah”, tegas Yesus. 

Senada dengan ajakan Yesus itu, Santo Yohanes Maria Vianey juga pernah mengungkapkan: “Orang tidak perlu berbicara banyak untuk berdoa dengan baik. Kita tahu bahwa Yesus ada di sana di dalam tabernakel: Marilah membuka hati kepada-Nya, marilah bersukacita dalam kehadiranNya yang kudus. Itulah doa terbaik.”

Tak jarang saat di depan Sakramen Mahakudus atau tabernakel, kita sering hanya diam. Tak banyak bicara. Tanpa disadari kadang tiba-tiba keluar air mata, baik air mata syukur, gembira atau sedih. 

Kapel Seminari TOR Jangli Semarang dibuka untuk umat dari jam 07.30 sampai 21.30 WIB. Umat berdatangan dari berbagai tempat untuk beradorasi secara pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus. Lalu jam 18.00-18.45 ada jeda sebentar untuk misa harian yang ditutup dengan berkat Sakramen Mahakudus keliling. Tuhan menyapa umat satu per satu dalam keheningan.

Dengan hening dan berserah di hadapan Tuhan, muncul kelegaan, kekuatan, dan kedamaian dalam hati. Mungkin belum ada jalan keluar atas pergulatan hidup saat itu juga, tetapi terasa ada kekuatan dan energi baru yang menguatkan untuk melangkah ke depan. 

Doa itu ibarat payung. Payung memang tidak bisa menghentikan hujan, tetapi bisa dipakai untuk berjalan menerobos hujan. Demikian pula dengan doa kita. Doa tidak serta merta langsung menghentikan masalah kita, tetapi doa bisa memberi kita kekuatan untuk menghadapi masalah itu.

Pertanyaan Refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Bagaimana penghayatan Anda terhadap doa Bapa Kami selama ini? Adakah pergulatan hidupmu saat ini yang perlu Anda bawa kepada Tuhan? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here