Senin, 29 Agustus 2022
Peringatan Wajib Kemartiran Santo Yohanes Pembaptis
Bacaan : Markus 6:17-29
“Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat” (Mrk 6:19)
Saudari/a ku ytk.,
MENURUT kesaksian seorang umat yang sering mendampingi orang yang sedang dalam sakratul maut (mau meninggal dunia), orang yang masih menyimpan dendam dalam hidupnya tidak bisa meninggal dengan tenang. Ia mengalami kesulitan untuk meninggal dunia. Tetapi ketika ia mau dan bisa mengampuni, ia bisa cepat meninggal dengan tenang. Bahkan wajahnya bercahaya dan damai.
Secara psikologis, menurut psikolog klinis dr. Seth Meyers, PsyD., banyak studi menunjukkan bahwa menyimpan dendam serta senantiasa berperasaan negatif berakibat buruk bagi kesehatan mental kita, seperti gangguan kecemasan dan frustasi.
Berdasarkan penelitian dari Medical College of Georgia, orang-orang yang mengaku memiliki dendam selama bertahun-tahun mengalami peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan, seperti: sakit jantung, hipertensi, maag, sakit punggung, dan sakit kepala.
Bacaan Injil pada Peringatan Wajib Kemartiran Santo Yohanes Pembaptis hari ini mengisahkan dendam yang dialami Herodias kepada Yohanes Pembaptis. Diungkapkan, “Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.”
Awalnya Herodias adalah isteri dari Filipus. Kemudian dia mau diambil oleh Raja Herodes menjadi isterinya. Padahal Filipus adalah saudaranya Raja Herodes sendiri.
Atas tindakan yang tidak etis itu, Yohanes Pembaptis sebagai nabi mengkritik keras di hadapan umum. Akibatnya, Yohanes ditangkap dan dipenjara.
Dendam Herodias pada Yohanes memuncak dengan kematian Yohanes yang dipenggal kepalanya. Dendam yang berlarut-larut ternyata bisa menimbulkan akibat yang mengerikan, yaitu pembunuhan.
Jujur, tidak mudah bagi kita untuk menerima kritik. Memang tidak mudah mengampuni orang-orang yang sudah mengkritik dan memarahi kita di depan umum. Sebab dimarah-marahi orang bukanlah pengalaman yang mengenakkan. Kita tentu tidak berharap untuk mengalaminya. Namun adakalanya, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi dalam kehidupan kita.
Dari pengalaman inilah, kita dapat bertumbuh dalam kasih, yaitu untuk tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, kritik dengan kritik. Ketika dikritik, kita tidak perlu menyimpan dendam. Sebagai orang beriman dan dewasa, kita seharusnya berterimakasih ada orang yang sudah mengingatkan dan menegur kita lewat kritik itu. Hal itu bisa untuk bahan introspeksi dan refleksi diri.
Kisah tentang kemartiran Yohanes Pembaptis dalam Injil hari ini terjadi di Benteng Makherontes, sebuah tempat peristirahatan milik Herodes di dekat Laut Mati. Secara liturgis, pesta hari ini disesuaikan dengan pembangunan gereja Santo Yohanes Pembaptis di Sebaste, Samaria. Yohanes menjadi martir karena berani memperjuangkan nilai kebenaran dan kebaikan dalam pewartaannya.
Pertanyaan Refleksinya: Pernahkah Anda menyuarakan kebenaran meskipun risikonya berat? Apakah hari-hari ini Anda masih menyimpan dendam dengan seseorang? Apa niat Anda sebagai pengikut Kristus agar tidak lagi menyimpan dendam kepada orang lain?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli-Semarang. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)