Peringatan Wajib Santa Klara (Perawan)
Bacaan : Matius 16:24-28
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16:24)
Saudari/a ku ytk.,
PERNAH suatu hari ada seorang bapak yang bercerita kepada saya, “Romo, suatu kali adik saya pulang dari kerja membawa lauk-pauk yang enak untuk makan malam bersama keluarga. Di tengah makan bersama keluarga itu, dia melihat anak dan isterinya sangat lahab dan merasakan makanan waktu itu sangat lezat. Namun adik saya meninggalkan ruang makan, lalu masuk ke kamar. Dia menangis tersedu-sedu. Ingat kalau lauk itu dibeli dengan uang yang tidak benar. Lalu dia menyesal dan memberikan sisa pembelian lauk itu kepada fakir miskin. Dia sangat menyesal sekali, memberi makan anak isteri dengan uang yang bukan dari keringat sendiri. Adikku sekarang sudah pensiun dan hidup penuh bahagia apa adanya. Dulu dia sering tugas ke Spanyol, Jerman, Inggris, dan Amerika. Dia tetap bersahaja sekarang.”
Apa yang menggerakkan adik dari bapak itu menangis dan menyesal di kamar? Ia tidak bisa membohongi suara hatinya. Sebagai murid Tuhan Yesus, ia disadarkan akan perbuatannya yang tidak sesuai dengan firman dan ajaran Tuhan Yesus. Kebahagiaan sebagai pengikut Yesus tidak ditentukan pada kebahagiaan materi, tetapi pada kebahagiaan batin. Fisik bisa saja gembira, tetapi batin bisa menangis.
Bacaan Injil hari ini menguraikan adanya 3 syarat yang disampaikan Yesus untuk menjadi murid-Nya, yaitu: menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Yesus. Menyangkal diri adalah menempatkan kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada keinginan pribadi. Menyangkal diri berarti menyangkal keinginan daging kita, baik ego, ambisi, pikiran, perasaan maupun kehendak diri sendiri, lalu bertekad melakukan apa yang Tuhan Yesus kehendaki. Penyangkalan diri melibatkan pertobatan yang terus-menerus, karena penyangkalan diri melibatkan kerendahan hati – yang menjadi dasar dari pertobatan dan spiritualitas Katolik.
Memikul salib berarti mau menderita bagi Kristus dan siap menerima memanggul salibnya sendiri, bukan salibnya Yesus lho (kewanen kalau kita memanggul SalibNya Yesus). Menderita bisa berupa diperlakukan tidak adil, dibenci, dikucilkan, diintimidasi oleh orang lain karena status kita sebagai pengikut Kristus.
Mengikuti Yesus artinya taat melakukan firman Tuhan. Yesus pernah bersabda, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” Saat kita taat melakukan firmanNya, kita sedang melangkah menuju standar seperti Yesus. Pada saat kita berkomitmen untuk menjadi murid Yesus, kita sedang belajar untuk berpikir, berperasaan, dan berkehendak seperti Tuhan Yesus.
Tiga hal itu pula yang berusaha dihayati Santa Klara (1193-1253) yang diperingati hari ini. Dia lahir di Asisi, Italia. Klara artinya terang, cahaya, bersih, cemerlang. Ia hidup pada zaman Santo Fransiskus dari Asisi. Klara menjadi pendiri ordo religius “Ordo Santa Klara (Klaris). Tidak seberapa lama, Agnes adiknya datang menemui Klara. Karena tertarik dengan cara hidup kakaknya, Agnes pun akhirnya bergabung (dan akhirnya juga ibunya setelah menjanda).
Santo Fransiskus menempatkan mereka menjadi inti sebuah biara baru di San Damiano, dekat Asisi. Klara diangkat sebagai pemimpin biara San Damiano. Biara ini menjadi perintis ordo wanita-wanita miskin, yang lazimnya disebut Ordo Suster-suster Klaris. Saya bersyukur diberi kesempatan Tuhan bisa berziarah di Basilika Santa Klara, yang letaknya di dekat Basilika Santo Fransiskus di Asisi tersebut. Basilikanya sangat tenang, damai, sejuk dan nyaman untuk berdoa.
Santa Klara sungguh percaya dan mengandalkan Tuhan. Ada peristiwa yang menarik: Pada suatu ketika sepasukan tentara yang kasar datang untuk menyerang Asisi. Mereka telah merencanakan untuk menyerang biara terlebih dahulu. Meskipun sedang sakit parah, Klara minta untuk dibopong ke altar. Ia menempatkan Sakramen Mahakudus di tempat di mana para prajurit dapat melihat-Nya. Kemudian Klara berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan para biarawati. Dia berdoa: “Ya Tuhan, sudilah melindungi para biarawati yang saat ini tidak dapat aku lindungi.” Suatu suara dari hatinya terdengar berbicara: “Aku akan selalu menempatkan mereka dalam perlindungan-Ku.” Bersamaan dengan itu, suatu kegentaran hebat meliputi para tentara dan akhirnya mereka segera lari pontang-panting meninggalkan biara itu.
Pertanyaan refleksinya: Bagaimana komitmen Anda mengikuti Yesus sampai saat ini? Apakah pikiran, perkataan dan tindakan Anda sesuai dengan firman dan ajaran-Nya? Selamat merenungkan.
Minggu pagi membagi nasi bungkus
Penanda ulang tahun paguyuban tercinta
Mari berusaha menjadi pengikut Yesus
Mengandalkan Dia dalam suka dan duka.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)