Rabu, 20 September 2017
Peringatan Wajib Santo Andreas Kim Tae Gon (imam) dan Santo Paulus Chong Ha Sang dkk. Martir Korea
Bacaan: Lukas 7:31-35
“Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis” (Luk 7:32)
Saudari/a ku ytk.,
PADA awal September ini ada perayaan 230 tahun sejarah Gereja Katolik Korea di Roma. Kardinal Andrew Yeow Soo-Jung beserta para uskup Korea, dan para imamnya datang ke Roma. Mereka menginap di Collegio Coreano, tempat saya tinggal sekarang. Saya bersyukur bisa bertemu dengan mereka. Collegio Coreano di Roma ini milik konferensi para uskup Korea. Mereka memberikan beasiswa bagi para imam diosesan yang studi di Roma. Ada 38 imam yang tinggal di sini. Ada yang dari Korea, Afrika, Bangladesh, India, Vietnam, dan Indonesia. Tentu hal ini tak lepas dari sejarah Gereja Katolik di Korea yang dibangun dari darah para martir yang luar biasa.
“Kita telah menerima Sakramen Baptis, masuk dalam pelukan Gereja, serta menerima kehormatan disebut sebagai umat Kristiani. Tetapi, apa gunanya semua itu jika kita hanya Kristen dalam nama dan tidak dalam kenyataan?” Itulah salah satu pernyataan yang ditegaskan Santo Andreas Kim Tae Gon (1821-1846). Hal itu juga menantang kita semua yang hidup pada zaman ini. kalau saya bahasakan dalam bahasa sekarang, apakah kita hanya Katolik KTP? Atau Katolik Na-Pas (Natal-Paskah: datang ke gereja hanya saat perayaan Natal dan Paskah saja)?
Hari ini Gereja merayakan peringatan wajib para martir di Korea. Siapakah mereka? Ada 113 martir Korea. Santo Andreas Kim Tae Gon adalah seorang imam pribumi pertama dari Korea. Ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Ferreol pada tanggal 17 Agustus 1845, sehingga dia menjadi imam pertama Korea dalam sejarah 60 tahun Gereja Katolik di Korea. Andreas Kim Taegon wafat sebagai martir pada tanggal 16 September 1846, hanya satu tahun setelah ditahbiskan dalam usia 26 tahun.
Sedangkan Santo Paulus Chong Hasang (1795-1839) adalah seorang katekis awam yang pemberani di Korea. Ayah, ibu, kakak dan adiknya juga meninggal sebagai martir. Dia dipenggal kepalanya di sebelah luar Pintu Gerbang Kecil Barat di Seoul pada tanggal 22 September 1839 pada usia 45 tahun.
Ajaran Kristen menyebar ke Korea pada abad ketujuhbelas melalui pewartaan kaum awam. Umat yang percaya memilihara iman mereka dengan Sabda Tuhan. Mereka bertumbuh serta berkembang secara diam-diam. Kemudian imam-imam misionaris datang dari Perancis. Umat Korea diperkenalkan kepada iman Gereja. Mereka mengalami penganiayaan dari pemerintah yang pasang surut sepanjang abad kesembilanbelas.
Ada 103 umat Korea wafat sebagai martir antara tahun 1839 hingga tahun 1867. Dan 10 orang anggota Serikat Misi Asing dari Paris juga wafat sebagai martir, yaitu 3 orang uskup dan 7 orang imam. Sehingga jumlah mereka seluruhnya yang wafat sebagai martir di Korea ada 113 orang. Para martir Korea ini dinyatakan santo/kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada saat Paus mengunjungi Korea pada tahun 1984.
Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Hasang mewakili kemuliaan serta keberanian umat Katolik Korea yang telah membayar mahal cinta mereka kepada Kristus. Sekarang Gereja Katolik berkembang pesat di Korea. Karunia iman diterima karena kurban persembahan para martir telah menjadi pembuka jalan.
Sabda Tuhan hari ini mengajak dan menantang kita sebagai murid Kristus zaman ini, maukah kita ikut berpartisipasi dalam ‘tarian dan nyanyian’ pewartaan iman Gereja? Atau kita memilih cuek, masa bodoh, tak peduli akan perkembangan hidup menggereja di tempat Anda masing-masing? Hari ini Tuhan Yesus mengkritik sikap orang yang cuek dan tidak mau berpartisipasi seperti dalam perumpamaan hari ini. “Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.”
Pertanyaan refleksinya: Bagaimana hidup beriman Anda sebagai orang Katolik saat ini? Bersediakah Anda dilibatkan Tuhan untuk ‘menari dan menyanyi’ dalam (pewartaan iman Gereja) saat ini? Selamat merenungkan.
Sebelum liburan biasanya ada ujian Hasil ujian yang baik menjadi harapan Bersyukurlah atas Sakramen Permandian Mari kita wujudkan iman dalam tindakan.
Berkah Dalem dan salam teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)