Sabtu/Minggu, 15-16 Agustus 2020
Hari Raya Maria Diangkat ke Surga
Bacaan Injil: Lukas 1:39-56
“Elisabet berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk 1:42)
Saudari/a ku ytk.,
MERENUNGKAN bacaan Injil “Perjumpaan Maria dan Elisabeth yang sedang hamil” pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga (Maria Assumpta) hari ini, saya teringat akan sebuah devosi yang cukup populer di Italia, di Israel dan di negara-negara yang mayoritas Katolik. Namanya Devosi kepada Bunda Maria Menyusui (La Madonna del Latte atau Virgo Lactans atau Madonna Lactans).
Di dalam Gereja Katolik, devosi Virgo Lactans ini sudah berkembang berabad-abad. Di sana ada sebuah ikonografi Bunda Maria dan Sang Bayi, di mana Bunda Maria ditampilkan sedang menyusui bayi Yesus. Penggambaran tersebut pernah disebutkan oleh Paus Gregorius Agung (540-604), santo pelindung para musisi, penyanyi, pelajar, dan guru.
Seorang sejarahwan Gereja, Lucetta Scaraffia, pernah mengungkapkan bahwa gambar tersebut mengungkapkan sosok Bunda Maria sebagai seorang wanita yang lembut dan seorang ibu yang penuh kasih. Ditegaskan, “Bayi Yesus adalah bayi seperti semua manusia lain, keilahian-Nya tidak mengecualikan kemanusiaan-Nya”.
Bahkan dalam sejarah Gereja, patung atau lukisan “Bunda Maria Menyusui Bayi Yesus” ini dihormati sebagai Bunda Maria pelindung bagi pasutri yang mengharapkan segera memiliki keturunan, pelindung para ibu yang memiliki bayi, pelindung para bayi, lambang kasih sayang keibuan Maria kepada semua anaknya, dan juga sebagai teladan bagi semua ibu dalam merawat anak-anaknya.
Saat saya berziarah ke Gereja Rupestri Santa Lucia Alle Malve di kota Matera, Italia Selatan (tempat syuting film “The Passion of The Christ”) saya melihat ada ikon atau lukisan Bunda Maria sedang menyusui. Lukisan itu langsung digambar di dinding gereja.
Demikian pula saat saya bertugas assisten musim panas di kota Massafra tahun lalu, saya melihat ada galeri lukisan yang memajang lukisan “Bunda Maria Menyusui Bayi Yesus” tersebut. Lukisan yang sama juga pernah saya lihat di museum Gereja Katedral di Kota Siena, Italia.
Bacaan Injil pada perayaan hari ini (Luk 1:39-56) memuat dua bagian penting, yaitu: kisah Maria mengunjungi Elisabet (ay. 39-45) dan Kidung Pujian “Magnificat” (ay. 46-55). Perjumpaan dua wanita yang sedang hamil ini (muda dan tua) menunjukkan peristiwa iman yang saling meneguhkan satu sama lain. Keduanya hamil secara istimewa. Mereka saling memuji, menyapa, dan menguatkan.
Kekuatan pujian sungguh luar biasa. Pujian Bunda Maria menyebabkan janin yang dalam Rahim Bunda Elisabeth melonjak kegirangan. Lonjakan sang bayi menjadi perlambang kegembiraan sang bayi sekaligus sikap hormat sang bayi pada Maria, ibu Yesus.
Selain itu, Elisabet pun kepenuhan Roh Kudus dan menjawab dengan seruan penuh pujian: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Ada tiga makna dari ungkapan Elisabet itu.
Yang pertama, Maria disebut sebagai wanita yang diberkati karena terpuji di antara segala wanita. Dialah satu-satunya wanita yang dipilih untuk mengandung Anak Allah, atau yang Kudus dari Allah.
Yang kedua, diberkati juga buah rahimnya, yaitu Yesus.
Yang ketiga, Maria disebut bahagia karena ia telah percaya akan kebenaran sabda Tuhan.
Kita mengenal ada sebuah pepatah yang mengatakan: “Ada dua yang selalu mengikuti manusia ke manapun dia pergi, yaitu Mata Allah dan hati ibunya.” Pepatah itu dapat kita sesuaikan dengan peran Bunda Maria dalam karya keselamatan Allah bagi kita manusia: “Ada dua yang mengikuti kita manusia ke manapun pergi, yaitu mata Allah dan hati Bunda Maria.”
Pertanyaan refleksinya, apa saja kebanggaan Anda terhadap ibu Anda yang telah mengandung, melahirkan dan mendidik sampai saat ini? Sejauh mana Anda merasakan peranan Bunda Maria dalam pergulatan hidup Anda?
Selamat berpesta pelindung bagi Anda dan Gereja/Paroki di bawah naungan kasih Bunda Maria Assumpta.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)