Sabtu Imam, 4 April 2020
Bacaan Injil: Yoh 11:45-56
“Orang-orang Farisi berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat” (Yoh 11:47)
Saudari/a ku ytk.,
ADANYA virus corona-covid 19 beberapa bulan terakhir ini menimbulkan aneka reaksi atau sikap. Ada yang takut, ada yang waspada, ada yang cuek atau ngeyel, ada yang taat pada imbauan pemerintah atau kebijakan negara dan Gereja.
Bahkan muncul aneka gerakan empati dan kepeduliaan di berbagai tempat dan kalangan. Banyak orang bekerjasama dalam kebaikan untuk mencegah, menangani dan menghentikan menyebarnya wabah virus corona-covid 19 ini.
Ada gerakan kepedulian menggalang dana secara pribadi atau lembaga. Ada yang membuat content video-video motivasi dan mendukung perjuangan para dokter dan tim medis yang berada di garda depan. Ada yang tetap setia tinggal, bekerja, berdoa dan belajar dari rumah.
Dalam status postingan Romo Agustinus Suryonugroho Pr di Facebook, diungkapkan, “Paus Fransiskus sendiri menyatakan bahwa wabah ini memaksa orang untuk berhenti. Orang disentak untuk mau mengakui bahwa ya, aku sakit. Ya, bumi telah rusak. Segala pencapaian yang dibangga-banggakan selama ini ternyata rapuh”.
Lebih lanjut, diuraikan kembalinya manusia ke rumah, membuat udara kembali bersih. Lobang di lapisan ozon tertutup. Air kembali jernih. Ikan-ikan berani merenangi sungai yang sebelumnya mematikan bagi mereka. Untuk beberapa saat pohon di hutan merasakan kelegaan karena gergaji mesin beristirahat dalam jangka waktu yang kurang jelas.
Setelah sekian level tingginya pencapaian kemajuan peradaban manusia, lanjut Romo Suryo, manusia harus kembali ke bangku TK: belajar mencuci tangan dengan sabun. Tindakan ini adalah tindakan besar untuk pelestarian kehidupan, agar aku hidup, agar ia hidup. Setelah sekian ribu kilometer aku tempuh untuk menziarahi kota-kota, aku harus pulang ke rumah, agar aku dan dia hidup.
Akhirnya, disampaikan, “Setelah sekian lama aku bangga bahwa bisa hidup mandiri, kini aku mengerti betapa berharganya bagiku keberadaan pengemudi ojol, pewarung warteg, pegawai PLN, para nakes (tenaga kesehatan), karyawan cleaning service, guru. Dan keluarga! Aku hidup karena banyak orang merawat aku, menjaga aku dan ruang hidupku”.
Tetapi tidak bisa dipungkiri ada “oknum” yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan tertentu. Ada yang menumpuk masker dan dijual dengan harga yang berlipat-lipat. Ada yang tetap ‘ngeyel’ mudik ke kampung halaman. Diberitakan di daerah Jawa Barat, ada orangtua yang meninggal dunia karena ketularan virus itu dari orang yang mudik tersebut.
Bacaan Injil hari Sabtu Imam ini mengingatkan kita sebagai orang Kristiani untuk hidup, bersaksi, dan berjuang dengan semangat kasih persaudaraan. Tuhan Yesus telah memberikan teladan untuk tidak gentar dan tidak takut. Kebaikan dan kepeduliannya selama ini ditanggapi dengan niat jahat dari sekelompok orang.
Ada sekelompok pemuka orang Yahudi (orang Farisi dan imam-imam kepala) ingin berkonspirasi menyingkirkan Yesus. Mereka tidak senang dengan kehadiran Yesus. Kenyamanan mereka terganggu. Pengaruh mereka terhadap orang banyak mulai pudar. Konspirasi di antara mereka segera mekar dan segala siasat serta rencana jahat pun disusun. Mereka bekerjasama dalam kejahatan untuk membunuh Yesus.
Pertanyaan refleksinya, dalam situasi mewabahnya virus corona-covid 19 ini apa yang Anda lakukan sebagai murid Kristus? Pernahkah Anda bekerjasama dalam kejahatan? Sudahkah Anda bekerjasama dalam kebaikan?
Selamat memasuki Pekan Suci dengan hati yang penuh pengharapan. Terimakasih atas doa Anda untuk kami para imam dan calon imam pada hari Sabtu Imam ini. Doa menciptakan imam, imam menciptakan lewat doa.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)