Kamis, 11 Februari 2021
Hari Orang Sakit Sedunia ke-29
Bacaan Injil: Mrk 7:24-30
Perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (Mrk 7:28)
Saudari/a ku ytk.,
MERENUNGKAN bacaan Injil pada hari Orang Sakit Sedunia ke-29 hari ini, saya teringat akan kiriman kisah inspiratif dari seorang teman tentang pengorbanan seorang ibu yang luar biasa. Begini kisahnya:
“Saat makan, jika makanan kurang, ibu akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, ‘Cepatlah makan, ibu tidak lapar’. Waktu makan, ibu selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, ‘Ibu tidak suka daging, makanlah, Nak’.
Saat ada pertemuan doa atau misa lingkungan, ibu membawa pulang makanan untuk anaknya di rumah (mungkin sudah menyiapkan tas dari rumah…hehehe…).
Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yang sakit, ibu berkata, ‘Istirahatlah Nak, ibu masih belum ngantuk’. Saat anaknya sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, ia lantas berkata, ‘Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana’.
Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, ‘Jangan menangis, ibu tidak apa-apa’.
Singkatnya, ibu selalu mengutamakan anaknya dan mengkhawatirkan diri kita. Beliau tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya. Bahkan ia rela dihina demi kebaikan dan kesehatan kita.
Ketangguhan dan sikap mau berkorban dengan tulus adalah keutamaan seorang ibu. Ketangguhan dan pengorbanan seperti itu pula yang dihayati seorang ibu dari Siro-Fenisia yang anaknya sakit, yang dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini. Sang ibu itu rela dicibir dan dihina sebagai kafir oleh orang Yahudi. Dia tidak sakit hati.
Demi kasih kepada anaknya yang sakit, dia mau menjadi bamper dan siap berkorban. Bahkan Yesus menyindirnya seperti anjing. Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”.
Saya membayangkan, mungkin si ibu berpendapat, “Silakan sebut aku anjing asalkan anakku sembuh. Ga pa pa. Sebutan anjing, bagiku, bukan lagi sebuah bentuk penghinaan, tetapi bentuk kasih Tuhan bahwa saya ciptaanNya yang berharga”.
Mari hari ini secara khusus kita doakan ibu kita, baik yang sudah “sowan” Gusti maupun yang masih mendampingi kita dalam peziarahan di dunia. Terimakasih mamak, ibu, simbok, mama. Mari kita kirim secara khusus doa 3x Salam Maria untuk ibu kita hari ini.
Dalam pesan hari Orang Sakit Sedunia ke-29 pada tahun 2021 ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk membangun relasi yang didasarkan pada rasa percaya memandu perawatan orang sakit.
Pengalaman sakit bagi Sri Paus membuat kita menyadari kerentanan diri dan kebutuhan akan orang lain. Hal ini membuat kita semakin jelas merasakan bahwa kita adalah makhluk yang bergantung pada Tuhan.
Ketika sakit, ketakutan dan kebingungan dapat mencengkeram pikiran dan hati kita. Kita mengalami ketidakberdayaan karena kesehatan kita tidak bergantung pada kemampuan atau kekhawatiran hidup yang tiada henti.
Bacaan Injil sering menunjukkan bahwa Yesus menyembuhkan bukan dengan sihir, tetapi dengan perjumpaan, hubungan antarpribadi, di mana pemberian diri Allah mendapat tanggapan dalam iman orang-orang yang menerimanya. Yesus sering mengatakan, “Imanmu telah menyelamatkanmu”.
Semoga iman kita semakin tumbuh berkembang dari hari ke hari, sehingga semakin banyak rahmat dan mukjijat yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Semoga Anda yang saat ini sedang sakit dan sedang proses pemulihan kesehatan, baik karena Covid-19 maupun bukan, semakin diberi kekuatan, semangat, berserah pada Tuhan, dan segera sembuh.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)