Kamis, 26 Oktober 2017
Bacaan : Lukas 12:49-53
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49)
Saudari/a ku ytk.,
DI Piazza Venezia Roma ada bangunan yang bernama “The Altare della Patria” (Altar Tanah Air/Ibu Pertiwi). Orang juga sering menyebut “Monumento Nazionale Vittorio Emanuelle II”. Dipersembahkan untuk menghormati Raja Victor Emmanuel II yang dinobatkan sebagai Bapak Pendiri Bangsa Italia. Dia berhasil menyatukan Negara Italia pada tahun 1861. Di Monumen Nasional inilah titik nol negara Italia.
Struktur bangunan Monumen Nasional itu didesain oleh Giuseppe Sacconi pada tahun 1885, dengan tiang-tiang Corinthian serta patung-patung dan relief-relief cantik dipahat oleh para pematung hebat pada zamannya, seperti Leonardo Bistolfi dan Angelo Zanelli. Bangunan ini memiliki anak-anak tangga yang cukup tinggi. Ada juga kolam Corintus dengan air mancurnya, patung berkuda Victor Emmanuel dan dua patung dewi Victoria. Panjang bangunan ini sekitar 135 meter dan lebar 70 meter dengan total luas 17.000 meter2. Bangunan ini merupakan bangunan yang cukup besar seperti istana.
Yang menarik, di Altar Ibu Pertiwi itu ada dua tungku dengan kobaran api yang menyala-nyala. Api itu terus menyala sepanjang hari, baik siang maupun malam. Orang Italia menyebut sebagai api abadi. Hal ini untuk memperingati para pahlawan dan tentara tanpa nama yang meninggal selama perang kemerdekaan. Dan api abadi ini biasanya dijaga dua tentara.
Bacaan Injil hari ini juga berbicara mengenai api. Tuhan Yesus menegaskan, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” Apa maksud dari sabda Tuhan Yesus itu? Anda tahu apa fungsi api dalam hidup sehari-hari? Api bisa berfungsi untuk menghangatkan, menerangi, membakar, memasak, dsb.
Dalam Kitab Suci, ‘api’ sering digunakan untuk menggambarkan api kasih Allah terhadap manusia (Kel 13:21-22). Api kasih Ilahi inilah yang dibicarakan Tuhan Yesus, sesuai juga dengan pernyataan kasih Allah ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Api kasih Ilahi inilah yang juga menyebabkan Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib di Golgota bagi keselamatan kita para pendosa.
Dalam Injil hari ini, Yesus menyatakan keinginan-Nya yang besar untuk menyerahkan nyawa-Nya karena kasih-Nya kepada kita. Yesus menyebut kematian-Nya sebagai baptisan, sebab Ia mengetahui bahwa Ia akan bangkit dari kematian-Nya dengan mulia. Dalam pembaptisan kita ‘ditenggelamkan’ di dalam kematian Kristus, di mana kita ‘mati’ terhadap dosa dan dilahirkan kembali di dalam kehidupan ilahi bersama Yesus.
Di dalam kehidupan yang baru ini, kita sebagai murid Kristus harus juga hidup dalam api Roh Kudus, seperti para rasul Yesus. Api Roh Kudus inilah yang merupakan pemenuhan janji Kristus atas para rasul. Dan api Roh Kudus inilah yang harus mendorong kita sebagai murid Kristus untuk mengasihi sesama seperti Kristus mengasihi kita. Dengan kobaran api kasih Ilahi itu, semoga kehadiran kita bisa menghangatkan, menerangi dan membawa berkat bagi sesama dan sanak-saudara kita.
Pertanyan refleksinya: Apakah Anda mau menghangatkan, menerangi dan membawa berkat bagi keluarga, sesama dan sanak-saudara yang lain? Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk membagikan kobaran api kasih Ilahi itu dalam hidup sehari-hari? Selamat merenungkan.
Perut lapar tidak bisa tahan
Sejak pagi belum sarapan
Mari setia menjadi murid Tuhan
Berbagi kasih Ilahi dalam kehidupan.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)