Senin, 24 Mei 2021
PW Santa Perawan Maria Bunda Gereja
Bacaan Injil: Yoh. 19:25-34
“Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena” (Yoh 19:25)
Sdri/a yang terkasih,
MERENUNGKAN bacaan Injil pada Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Bunda Gereja hari ini, saya teringat akan seorang ibu yang sangat kuat dan tabah melihat jenasah putranya beberapa tahun yang lalu. Waktu itu putranya sekolah di seminari.
Saat hari Minggu Kunjungan keluarga, ada kejadian yang tak diduga. Ketika sedang asyik mengobrol dengan keluarganya di bawah pohon, seminaris itu kejatuhan dahan pohon yang sudah kering. Dahan itu menancap di kepalanya.
Sang ibu melihat langsung kejadian saat dahan itu dicabut dari kepala anaknya. Darah mengucur dari kepala itu. Sang Ibu langsung memeluk anaknya. Dia sangat tabah dan tangguh. Imannya sangat kuat.
Seminaris itu langsung dibawa oleh para staf Seminari ke rumah sakit di Magelang untuk menjalani perawatan. Nyawanya tidak tertolong. Tuhan berkehendak lain. Seminaris itu dipanggil Tuhan lebih cepat.
Terbayang dalam pikiran saya secara spontan: patung pieta, dimana Bunda Maria memangku jenasah Yesus yang wafat di salib. Sebelumnya, Bunda Maria menyaksikan putranya yang diolok-olok, dimahkotai duri, dipaku di salib, dan lambungnya ditusuk dengan tombak oleh seorang prajurit yang bernama Longinus. Saat tombak itu dicabut, segera mengalir darah dan air dari lambung Yesus itu.
Pada hari ini, sehari setelah Hari Raya Pentakosta, Gereja merayakan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Bunda Gereja (Mater Ecclesiae). Peringatan ini ditetapkan oleh Paus Fransiskus di Vatikan pada tanggal 3 Maret 2018.
Gereja menggambarkan Santa Perawan Maria bersama para rasul dan para murid yang berkumpul bersama pada hari Pentakosta yang pertama. Bunda Maria adalah teladan bertekun dalam doa dan beriman, seorang ibu yang tangguh dan tegar, dan tidak mudah mengeluh dan menyarah.
Bunda Maria selalu hadir, menyertai, dan ada sejak awal mula Gereja lahir. Dia peduli dan gemati dengan kita. Dia menjadi ibu bagi kita semua, seperti dikatakan Santo Agustinus, “Bunda Maria sungguh-sungguh ibu dari anggota-anggota Kristus, yaitu kita semua”.
Dengan menetapkan perayaan liturgis Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini, Paus Fransiskus bermaksud mengajak semua anggota Gereja untuk meneladan Bunda Maria, sehingga semakin tumbuh “rasa keibuan Gereja dalam diri para imam, kaum religius, dan umat beriman yang didasari rasa hormat sejati kepada Bunda Maria”.
Gelar Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini merupakan devosi kuno dari umat Katolik kepada Bunda Maria yang sudah berlangsung dari abad ke abad. Gelar Maria sebagai Bunda Gereja pertama kali digunakan oleh Berengaud (Uskup Treves); kemudian Santo Antoninus (Uskup Agung Florence), dan Santo Laurensius Giustiniani.
“Maria disebut sebagai Bunda Gereja, guru dan Ratu Para Rasul”, tulis Paus Leo XIII (wafat tahun 1903) dalam ensiklik Adjutricem Populi (Penolong Umat Manusia), yang diterbitkan bulan September 1895. Sementara itu pada tanggal 6 Desember 1960 di Basilika Santa Maria Maggiore Roma Paus Yohanes XXIII (wafat tahun 1963) berbicara tentang Bunda Maria sebagai “Bunda Gereja dan Bunda Kita yang paling terkasih”.
Paus Yohanes Paulus II seringkali mempergunakan gelar Maria Bunda Gereja ini sejak awal masa kepausannya tahun 1978. Terkait dengan penjelasan lebih lengkap terkait Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini, dapat Anda baca di buku ini (Y. Gunawan Pr, 12 Katekese, Renungan dan Doa Bunda Maria, Kanisius, Yogyakarta, 2019, hlm. 54-62).
Marilah pada hari ini kita bersyukur atas Bunda Maria. Secara khusus, mari bersyukur atas ibu kita masing-masing. Cobalah ingat sosok ibu Anda. Hadirkan kembali ketangguhan demi ketangguhan yang beliau tunjukkan dalam mengasuh, mendidik, dan membesarkan kita.
Persembahkan doa khusus untuk ibu kita masing-masing hari ini.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Merto Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)