Percik Firman: Melayani Sepenuh Hati

0
766 views

Kamis Putih, 9 April 2020

Bacaan Injil: Yoh 13:1-15

“Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir” (Yoh 13:1b)

Saudari/a yang terkasih,

SETIAP orang pasti mempunyai kegiatan pelayanan. Bahkan kata ‘pelayanan’ itu begitu memikat, sehingga dipakai untuk ‘promosi atau logo’. Misalnya, semboyan sebuah bank: ‘Melayani dengan hati’. Asuransi: ‘Melayani dengan sungguh’. Jasa penerbangan: ‘Melayani dengan senyum’. Bahkan institusi pemerintahan: ‘Kami siap melayani Anda’. 

Kitapun senang kalau dipuji dan diberi predikat sebagai pelayan. Pelayan kemanusiaan, pelayan kesehatan, pelayan masyarakat, pelayan pastoral, dsb.

Tuhan Yesus memberikan contoh nyata bagaimana menjadi pelayan dan melayani sepenuh hati. Hari ini kita merayakan Misa Kamis Putih untuk mengenangkan pembasuhan kaki para rasul dan perjamuan kasih Tuhan. 

Pertama, pembasuhan kaki para rasul. Yesus membasuh kaki para murid. Dalam tradisi Yahudi waktu itu, orang biasa membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan mau ikut pesta dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati saja, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya oleh pelayan. Dalam Injil Yohanes ini, tradisi tersebut dibongkar. 

Ada 3 paham yang dibongkar, yaitu:

  1. Pembasuhan tidak dilakukan sebelum perjamuan, tetapi pada saat perjamuan berlangsung.
  2. Yang membasuh bukan pelayan tetapi justru sang tuan rumah, yang disebut sebagai Guru dan Tuhan, yaitu Yesus.
  3. Maksud pembasuhan bukan sekedar untuk pembersihan diri, tetapi supaya para murid yang dibasuh oleh Yesus mendapat bagian dalam diri Yesus dan pembersihan dari noda dosa.

Sebelum membasuh kaki para murid, dikatakan bahwa, “Yesus datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (ay.3). Di sini Yesus menegaskan tentang asal dan tujuan atau sangkan paran-Nya, yaitu Allah. Dengan membasuh kaki para murid, Yesus berbagi asal dan tujuan hidup, yakni kebersamaan dengan Allah. Tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid tersebut didasari oleh kasih-Nya kepada mereka, sebagaimana dinyatakan dalam ayat 1b, “Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”. 

Kasih-Nya yang begitu besar mendorong Yesus mau berbagi asal dan tujuan hidup-Nya dengan cara membasuh kaki para murid. Mungkin, kita bertanya seperti Petrus, mengapa yang dibasuh kok kaki? Karena kaki melambangkan gerak langkah menuju kepada Allah, sang sangkan paraning urip. 

Peristiwa pembasuhan kaki tersebut memungkinkan para murid ikut serta dalam hidup Kristus, yakni hidup yang berasal dan terarah kepada Allah sampai akhirnya bersatu dengan Allah secara abadi. Dalam penghayatan pribadi saya sebagai imam, biasanya saya membasuh kaki para rasul dengan saya cuci kedua kakinya dan terakhir saya cium.

Kedua, peristiwa perjamuan kasih Yesus bersama murid-murid-Nya. Dalam perjamuan tersebut, secara simbolis – dalam rupa roti dan anggur –, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya bagi para murid. Tindakan simbolis Yesus ini, yang pada Jumat Agung besuk akan menjadi nyata, di mana Yesus sungguh-sungguh menyerahkan tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib, semakin menegaskan bahwa Yesus ingin berbagi hidup kepada para murid. 

Sebab, dengan makan tubuh dan darah-Nya, para murid sungguh-sungguh bersatu dengan Kristus dan dengan demikian mengalami sepenuh-Nya hidup Kristus, yakni sengsara, wafat, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga. 

Pada saat perjamuan tersebut, Yesus juga berpesan, “Perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku” (ay.24.25). Maka, sejak saat itu, para murid selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa sesuai dengan pesan Yesus (bdk. Kis 2:42). Kebiasaan ini pun dilestarikan terus-menerus sampai sekarang dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Dengan demikian, setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita mengenangkan Kristus sesuai dengan pesan-Nya. 

Dengan pengenangan itu, kita tidak sekedar mengingat-ingat, tetapi kita sungguh-sungguh menerima dan bersatu dengan Kristus. Dalam rupa roti dan anggur, Kristus sungguh hadir dan memberikan diri-Nya demi keselamatan kita. Pada masa penanganan wabah virus Corona-Covid 19 ini, untuk sementara waktu banyak umat tidak bisa menyantap Tubuh Kristus secara langsung. Kita menerima komuni batin atau spiritual, karena tidak bisa ikut misa di gereja, tetapi dari rumah secara live streaming.

Pertanyaan refleksinya, apakah Anda bangga disebut sebagai pelayan? Sudahkah Anda melayani sepenuh hati dalam kehidupan bersama?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here