Senin, 8 Juni 2020
Bacaan Injil: Mat 5:1-12
Saudari/a ytk.,
MERENUNGKAN sabda Tuhan hari ini, pikiran saya melayang pada pengalaman berziarah dan mimpin misa di gereja Sabda Bahagia di Tanah Suci beberapa tahun silam. Waktu itu hari Minggu. Untuk pertama kalinya saya mimpin misa 30 menit pada hari Minggu.
Kami misa alam di taman atau kebun gereja. Diiringi hembusan suara angin dan mata bisa memandang Danau Galilea. Letaknya di atas bukit. Perjalananan menuju ke gereja itu menarik, karena dikelilingi banyak pohon. Lokasinya pun tak jauh dari Danau Galilea.
Dalam Injil hari ini dikisahkan Tuhan Yesus yang sedang menyampaikan ajaran Sabda Bahagia kepada para murid dan orang banyak. Yang menarik, sebelum mengajar, Yesus memandang atau melihat wajah orang banyak.
Ketika Yesus melihat orang banyak, Ia melihat wajah para pengikut-Nya. Yang paling luar biasa yaitu mereka berjumpa dengan tatapan Yesus yang menggemakan kerinduan dan aspirasi mereka.
Perjumpaan ini memunculkan 8 Sabda Bahagia. Menurut Paus Fransiskus, Sabda Bahagia itu bukan buah kepasifan dalam menghadapi kenyataan. Sabda Bahagia bukan juga nubuat malapetaka para nabi yang hanya berusaha menyebarkan kekecewaan. Sabda Bahagia juga tidak dilahirkan dari fatamorgana yang menjanjikan kebahagiaan dengan “klik” tunggal, dalam sekejap mata.
Sabda Bahagia itu lahir dari hati Yesus yang berbelas kasih, yang berjumpa hati pria dan wanita yang sedang mencari dan mendambakan kehidupan yang bahagia. Sabda Bahagia lahir dari hati yang penuh belas kasih yang tidak pernah kehilangan harapan.
Yesus datang untuk menghalau kelumpuhan orang-orang yang tidak lagi memiliki iman akan kuasa Allah Bapa. Sabda Bahagia bagi Sri Paus adalah hari baru bagi semua orang yang melihat ke masa depan, yang terus bermimpi, yang membiarkan diri mereka dijamah dan diutus oleh Roh Allah.
Pertanyaan refleksinya, Dari 8 sabda bahagia itu, sabda bahagia yang mana yang menyentuh hatimu saat ini? Pernahkah kamu merasakan bahwa Tuhan sungguh memandang wajahmu? Kapan?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)