Rabu, 23 September 2020
PW St. Padre Pio (imam)
Bacaan Injil: Luk 9:1-6
“Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju” (Luk 9:3)
Saudari/a ku ytk.,
ADANYA masalah dalam kehidupan ini dapat membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh. Ketidaknyamanan dapat menempa kita menjadi pribadi yang tahan banting. Keadaan yang sulit dapat menggembleng kita menjadi pribadi yang berkualitas. Sulit bukan berarti tidak ada solusi.
Orang diajak untuk tidak mudah menyerah dan putus asa. Ada seorang pembimbing spiritual yang memberikan nasihat, “Jika kamu menghadapi masalah, jangan berdoa mohon agar dibebaskan dari masalah itu. Tetapi berdoalah mohon kekuatan dan rahmat agar kamu dapat menghadapi masalah itu”.
Sabda Tuhan pada Peringatan Wajib Santo Padre Pio hari ini mengingatkan kita agar tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan dan tugas perutusan. Kita diajak untuk mengandalkan Tuhan. Jangan sampai kekhawatiran duniawi menguasai kita.
Kepada para murid yang diutus, Tuhan Yesus berpesan agar selalu mengandalkan Tuhan dalam tugas perutusan. Tuhan akan memelihara hidup kita dengan caranya yang khas. Tuhan akan menyertai kita dengan berkat dan rahmat yang dibutuhkan. Ditegaskan, “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju”.
Sikap mengandalkan Tuhan dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan hidup juga diteladankan Santo Padre Pio yang kita peringati hari ini.
Dia pernah diasingkan karena dianggap aneh. Dia dilarang mimpin misa bersama umat. Hanya boleh misa pribadi. Dia juga dilarang memberikan pelayanan Sakramen Tobat. Tidak mudah. Tetapi dia menjalaninya dengan tegar dan selalu mengandalkan Tuhan.
Hari ini tanggal 23 September Gereja merayakan Peringatan Wajib Santo Padre Pio (1887-1968). Dia seorang imam yang suci dan mendapat anugerah stigmata pada zaman modern ini. Dia lahir di kota Pietrelcina, Italia selatan. Anak kelima dari delapan bersaudara ini berasal dari keluarga petani sederhana.
Pada tanggal 20 September 1918, ketika Padre Pio berdoa di depan sebuah Salib di kapel tua, sekonyong-konyong suatu sosok seperti malaikat memberinya stigmata. Stigmata itu terus terbuka dan mencucurkan darah selama 50 tahun.
Stigmata adalah tanda luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang (luka-luka di kaki, di tangan, di lambung, di kepala).
Dalam sejarah Gereja hanya ada tiga orang kudus yang dinyatakan resmi menerima anugerah stigmata ini, yaitu Santo Fransiskus Asisi (diakon), Santa Katarina dari siena (suster), dan Santo Padre Pio (imam).
Padre Pio dinyatakan santo oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma pada tanggal 16 Juni 2002. Santo Padre Pio adalah pelita bagi dunia modern ini. Cahaya kekudusan dan kedamaiannya memancar ke berbagai penjuru.
Salah satu pesan Santo Padre Pio yang sangat menguatkan hidup saya, yaitu: “Dalam kesukaran, menggenggam Rosario adalah bagaikan menggenggam tangan Maria sendiri”.
Setiap patung Padre Pio biasanya digambarkan dengan memegang rosario. Hal ini saya lihat di beberapa titik di kompleks makamnya di Giovanni Rotondo, Italia Selatan. Saya bersyukur pernah diberi kesempatan Tuhan 2x untuk berziarah ke sana. Giovanni Rotondo sebuah daerah pegunungan yang terasa aura kesejukan, kedamaian, dan ketenangan.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap Anda terhadap permasalahan yang ada selama ini?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. Jangan lupa bahagia. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)