Rabu, 11 Oktober 2017
Bacaan : Lukas 11:1-4
“Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: ‘Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya” (Luk 11:1)
Saudari/a ku ytk.,
ADA seorang calon baptis yang sudah tua. Ia bersemangat mengimani Yesus sebagai Juru Selamat. Dengan tekun ia ikut wulangan agama (pelajaran calon baptis) dan berusaha menghafalkan doa-doa pokok Katolik. Ia senang dengan doa Rama Kawula (Bapa Kami). Hatinya tersentuh menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Setiap kali berdoa, ia mengucapkan doa Bapa Kami itu.
Injil hari ini mengisahkan Yesus yang berdoa kepada Allah Bapa. Saat Dia berhenti berdoa, para murid meminta untuk diajari berdoa. Lalu Yesus mengajari doa Bapa Kami. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itulah sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa. “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,” kata Yesus pada awal pengajaran-Nya.
Karena Yesuslah, kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Kita adalah anak-anak Allah. Apa nggak hebat dan bangga kita ini? Yesus mengajak kita untuk memuji Allah, bersyukur dan baru memohon kepadaNya. Doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian, baik kepada kepentingan Allah maupun kepada kepentingan kita. Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Allah Bapa kepada kita.
Santo Yohanes Maria Vianney, pelindung para imam, pernah mengungkapkan, “Segala masalah kita akan mencair di hadapan doa yang tekun, laksana salju di hadapan matahari.” Bahkan menurut beliau, kita akan dapat membawa banyak orang kembali kepada Allah melalui doa-doa kita. Doa menjadi kekuatan kita karena di dalam doa, kita yang adalah pengemis, dapat meminta segala sesuatu kepada Allah. Kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan apabila kita memintanya dengan iman yang hidup dan hati yang suci.
Saya pribadi sangat terkesan dengan ucapan dan keyakinan Santo Yohanes Maria Vianey berikut ini: “Orang tidak perlu berbicara banyak untuk berdoa dengan baik. Kita tahu bahwa Yesus ada di sana di dalam tabernakel: Marilah membuka hati kepada-Nya, marilah bersukacita dalam kehadiranNya yang kudus. Itulah doa terbaik.”
Tak jarang saat di depan Sakramen Mahakudus atau tabernakel, saya hening, kadang air mata tiba-tiba keluar (baik air mata syukur, gembira atau sedih). Ada kelegaan dan kedamaian saat berserah dalam doa Bapa Kami. Mungkin belum ada jalan keluar saat itu juga atas pergulatan hidup, tapi terasa ada kekuatan dan energi baru yang menguatkan untuk melangkah.
Pertanyaan Refleksinya: Bagaimana hidup doa Anda hari-hari ini? Situasi batin macam apa yang sedang menguasai? Sudahkah Anda menghayati hidup doa dengan sungguh-sungguh? Selamat merenungkan.
Di paroki kota banyak perumahan
Sering minta misa pemberkatan
Mari terus berelasi dengan Tuhan
Dalam kegembiraan dan harapan.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Mantap