Rabu, 10 Agustus 2022
Pesta Santo Laurentius, Diakon dan Martir
Bacaan Injil : Yoh 12:24-26
Saudari/a ku ytk.,
CARA pandang atau mindset seseorang dapat dipengaruhi oleh pandangan umum masyarakat dan pendidikan. Dulu saat masa kecil, saya dipengaruhi pandangan bahwa angka 13 adalah angka sial. Padahal saya lahir tgl 13…hehe…
Lalu cara pandang saya itu berubah saat berformatio sebagai frater di Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya, Jangli-Semarang pada waktu itu. Angka 13 menjadi angka penuh berkat. Setiap tgl 13 ada misa Novena Maria Fatima di Seminari Jangli (Februari -Oktober). Tgl 13 menjadi peringatan waktu Bunda Maria menampakkan diri dan memberikan pesan kepada 3 bocah gembala di Fatima, Portugal.
Bacaan Injil pada Pesta Santo Laurentius hari ini mengungkapkan bagaimana Tuhan Yesus mengubah cara pandang para murid tentang penderitaan dan kematian. Dua hal ini tidak perlu dihindari, tetapi perlu diterima dengan baik dan positif. Di balik penderitaan, ada kebahagiaan dan kemuliaan. Lewat kematian di salib, Yesus menyelamatkan manusia.
Sungguh, sebuah pengorbanan yang tidak ternilai! Ia melaksanakan sendiri sabda-Nya dalam bacaan Injil hari ini: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Kematian Yesus membuahkan berkat bagi manusia.
Hidup, pengorbanan dan kematian Santo Laurentius juga menjadi berkat bagi Gereja. Dia lahir di Via Tiburtino, Roma, dari keluarga bangsawan yang kaya. Ia hidup saat Gereja mengalami masa penganiayaan pada zaman kekaisaran Romawi. Banyak orang Katolik, termasuk Sri Paus, bersembunyi di katakombe (kuburan bawah tanah).
Laurensius adalah salah satu dari ketujuh diakon agung yang bekerja membantu Sri Paus di Roma. Paus Sixtus II (257-258) menugaskan Laurensius mengurus harta kekayaan Gereja dan membagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. Ia juga melayani Sri Paus dalam setiap upacara keagamaan.
Santo Laurentius meninggal dunia sebagai martir pada tahun 258. Dia tidak takut menderita dan mati. Tubuhnya dibakar dalam perapian yang menyala-nyala. Dari tubuh yang menderita itu tersebar aroma yang harum memenuhi seluruh tempat itu.
Santo Ambrosius mengemukakan bahwa “Walaupun tubuh Santo Laurensius terbakar di atas benda yang bernyala dengan api, tetapi api cinta Tuhan jauh lebih berkobar-kobar nyalanya di dalam hatinya, dan membuatnya tidak lagi menghiraukan rasa sakit yang dideritanya.”
Pada pesta Santo Laurentius hari ini kita diingatkan bahwa kita perlu memandang, mengisi dan memaknai hidup di dunia ini secara positif. Karena itu, mari menjadikan hidup kita berarti dan bermakna. Tidak perlu mengutuki kelahiran dan hidup kita.
Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda mengalami cara pandangmu diubah oleh Tuhan? Jejak macam apa yang mau Anda tinggalkan di dunia ini bagi keluarga, rekan kerja, dan sahabat Anda?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari BuJang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)