Selasa, 4 Agustus 2020
PW St. Yohanes Maria Vianey, Imam
Bacaan Injil: Mat 15:1-2.10-14
”Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang (Mat 15:11)
Saudari/a ku ytk.,
ADA seorang OMK (Orang Muda Katolik) mensharingkan pengalamannya bagaimana dia berdiskusi dengan teman muslim terkait dengan makanan yang halal dan haram. Sampai pada titik tertentu, dimana OMK tersebut kehabisan kata-kata untuk menjelaskan ajaran Gereja tentang halal dan haram.
Suatu hari dia bertanya kepada saya, “Romo, saya ditanya teman muslim. Kenapa kamu orang katolik makan B2 dan B1? Bukankah itu makanan haram? Mohon penjelasan, Romo”. Pertanyaan ini bagi saya sangat baik, karena menunjukkan ‘kepo’ (ingin tahu) dan kesungguhan OMK itu untuk mendalami ajaran Gereja secara lebih.
Soal haram dan halal menjadi bahan pengajaran Tuhan Yesus dalam Injil pada peringatan wajib Santo Yohanes Maria Vianey, pelindung para imam, hari ini. Jawaban saya waktu itu pun saya dasarkan dari ajaran Yesus hari ini. Pada dasarnya Yesus mengajak kita untuk melihat dasar kehidupan keagamaan kita, yakni hati manusia.
Hidup keagamaan yang diajarkan oleh Yesus bukan atas dasar perintah Allah yang tertulis dalam bentuk hukum, melainkan yang tertulis dalam hati manusia. Itulah yang ditegaskan oleh Yesus bahwa apa yang di luar dan masuk ke dalam manusia tidak dapat menajiskan, melainkan yang keluar dari dalam hati manusia melalui mulutnya itulah yang menajiskan (haram).
Yang masuk ke dalam perut melalui mulut, akan berakhir menjadi ‘kotoran’. Tapi yang keluar dari dalam hati manusia dan keluar melalui mulutnya dan tindakannya itulah yang menajiskan. Misalnya: suka marah-marah, berkata-kata kotor, menggosip, menfitnah, caci maki, iri hati, dll.
Yang keluar dari hati dan melalui mulut (dan tangan) orang itulah yang menajiskan. Hati-hati atas tanganmu. Pada zaman sekarang ini dengan HP atau medsos tangan kita bisa lebih “kejam dan tajam” daripada mulut, untuk menyakiti hati, menyebar fitnah dan hujat.
Yesus meluruskan pemahaman ‘najis’ atau haram yang salah kaprah dalam masyarakat. Najis atau haram bukan sekedar soal makanan, apalagi ada sertifikat halal atau tidak. Tetapi lebih pada tindakan yang dapat merusak, meracuni, dan berakhir pada dosa dalam diri manusia itu.
Yesus mengajarkan kepada kita bahwa yang dikatakan ‘najis’ adalah segala sesuatu yang keluar dari hati, bukan yang masuk ke dalam perut manusia.
Santo Yohanes Maria Vianney (1786-1859), pelindung para imam, menjadi teladan bagaimana berbicara dan bertindak dengan hati. Dia lahir di Lyons dan wafat di Ars, Prancis. Ketika masih kanak-kanak, ia menggembalakan domba ayahnya. Ia suka berdoa dan suka bermain.
Ketika berumur 18 tahun, ia minta ijin kepada ayahnya untuk menjadi imam. Ayahnya berkeberatan karena tenaganya dibutuhkan untuk membantu mengerjakan pertanian keluarga.
Setelah tahbisan menjadi imam, ia diutus Bapa Uskup untuk berkarya di paroki desa terpencil di Ars. Waktu itu umat Ars dikenal sebagai umat yang punya sikap moral yang kurang baik, mabuk-mabukan, bekerja sepanjang hari pada hari Minggu, tidak pernah pergi ke gereja, dll. Sebagian besar dari mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas.
Saya bersyukur pada tahun 2019 lalu diberi kesempatan ziarah ke Ars dan merayakan misa di depan makam Santo Vianey, yang jenasahnya masih utuh di dalam peti kaca di belakang altar.
Saya terkesan dengan ungkapan Pastor Vianey atas perutusan di Ars, “Di tempat ini saya tidak dapat melihat sesuatu yang baik, tetapi Bapak Uskup dapat melihat kehendak Tuhan di tempat ini”. Ternyata sejak ditahbiskan sampai wafatnya, Pastor Vianey berkarya di Paroki Ars selama 42 tahun.
Pastor Vianney berpuasa dan melakukan silih yang berat demi umatnya. Ia berusaha keras agar mereka berhenti berbuat dosa. Bahkan hampir setiap malam dia digoda oleh setan di kamar tidurnya. Kamar beserta barang-barang pribadinya masih bisa dilihat sampai saat ini ketika orang berkunjung ke Ars.
Beliau mempertobatkan banyak pendosa. Banyak orang dari berbagai tempat berdatangan ke Ars. Kadang-kadang, ratusan orang dalam satu hari.
Pastor Vianey menggunakan 12-16 jam sehari untuk melayani pengakuan dosa. Pastor Vianey dinyatakan sebagai orang kudus oleh Paus Pius XI pada tahun 1925.
Marilah kita mohon agar kita makin dimampukan untuk hidup lebih baik (bertobat), menjaga kesucian dan kemurnian hati dan pikiran kita. Semoga apa yang kita keluarkan dalam kata dan tindakan menjadi berkah bagi orang lain, bukan menjadi kenajisan.
Hati-hati dengan mulutmu dan tanganmu di zaman ini. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. Selamat bagi Anda, paroki, dan kelompok doa yang berpesta pelindung hari ini. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)