Minggu Biasa XIV, 4 Juli 2021
Bacaan Injil: Mrk. 6:1-6
Saudari/a ku ytk.,
SEJAK menjadi imam sering umat (bapak ibu, OMK, misdinar, suster, bruder, frater, dsb) saya ajak berkunjung ke rumah bapak ibu di desa Sumberjo, Prambanan, tempat asal saya. Mereka ikut saya pulang ke rumah. Bahkan ada yang sudah beberapa kali silahturahmi ke rumah. Keluarga senang karena makin bertambah saudara. Bahkan ada beberapa umat yang datang ke rumah tanpa dengan saya.
Dalam bacaan Injil hari ini, para murid diajak oleh Yesus untuk “mudik” mengunjungi keluargaNya di kampung asalnya di Nazareth. Tentu ada sukacita. Yesus mau mengajak para murid membangun relasi dengan keluargaNya.
Karya pelayananNya tak bisa dilepaskan dari relasi keluarga. Yesus tidak malu dengan keluargaNya. Bahkan Yesus memberikan makna baru bahwa keluarga memiliki peranan yang penting dalam karya pelayanan.
Demikian juga relasi gembala dan umat itu perlu terus dipupuk dan dirawat. Dukungan umat terhadap karya para imam pun penting. Demikian pula relasi umat dengan keluarga imamnya. Disadari hidup panggilan seorang imam itu berasal dari keluarga. Keluarga berjasa menyemai benih panggilan. Disadari bahwa setiap imam berasal dari keluarga. Keluarga sering disebut sebagai “seminari” pertama.
Dalam kesempatan pulang kampung itu, Tuhan Yesus pergi ke rumah ibadat pada hari Sabat dan mengajar di sana. Tetapi orang-orang Nazaret justru menolaknya. Tuhan Yesus mengkritik keras atas sikap orang Nazaret yang menutup hatinya akan karya Allah melalui Yesus. Mereka bukannya bangga mempunyai seorang nabi besar dan Mesias yang dibesarkan di daerah mereka. Tetapi ternyata mereka menolak Yesus.
Yesus heran dengan sikap penolakan dan ketidakpercayaan orang-orang sekampungnya. Pertanyaannya: mengapa Yesus ditolak oleh orang-orang sekampung halaman-Nya, Nazaret? Karena mereka menilai Yesus dari “luaran atau bungkusnya”.
Yesus hanya dianggap sebagai seorang anak tukang kayu, anak Maria seorang wanita yang sederhana, bagaimana mungkin memperoleh hikmat kebijaksanaan yang luar biasa itu. Mereka menutup mata dan hati akan siapa Yesus sebenarnya. Ada ketertutupan hati dan ketidakpercayaan dalam diri mereka.
Kata kunci sabda Tuhan hari ini adalah membuka hati. Orang yang percaya pada Tuhan pasti ia mau membuka hatinya untuk karya Tuhan. Berbeda dengan orang yang menutup hati. Jika orang menutup hati, keselamatan pasti tidak akan terjadi. Mukjijat Tuhan tidak akan diberikan. Maka Yesus pun tidak membuat mukjizat di Nazaret, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit.
Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda menolak Yesus dalam hidup selama ini? Maukah Anda membuka hati akan bimbingan Tuhan dalam hidup ini, terlebih di masa pandemi saat ini? Apa yang akan Anda usahakan untuk membangun relasi yang makin akrab dengan Yesus?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Merto Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)