Jumat, 24 April 2020
Bacaan Injil : Yoh 6:1-15
“Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh 6:9)
Saudari/a ku ytk.,
SEJAK adanya virus corona covid 19, banyak di antara kita tidak bisa merayakan Ekaristi di gereja. Kita mengikuti misa online lewat youtube atau televisi. Banyak orang merindukan Ekaristi dan sambut komuni atau Tubuh Kristus.
Merenungkan bacaan Injil hari ini saya teringat bahwa menjelang Kongres Ekaristi Keuskupan tahun 2008 waktu itu Gereja Keuskupan Agung Semarang khususnya dan Gereja Indonesia pada umumnya merasa sedih karena kehilangan tokoh yang sangat berjasa bagi pendidikan teologi dan pendidikan iman umat, yakni Rama Tom Jacobs, SJ. Beliau meninggal dunia pada tanggal 5 April 2008.
Dalam buku “Menghidupi Teologi Berkah bersama Mgr. J. Pujasumarta” (Kanisius, 2018), diungkapakan bagaimana Mgr. Suharyo menceritakan perjumpaannya dan sharing dari hati ke hati dengan Rama Tom Jacobs saat menengoknya di rumah sakit sebulan sebelum meninggal dunia.
Dalam pengantar “Wasiat Iman Tom Jacobs SJ (Persiapan Kongres Ekaristi 2008)”, Mgr. Suharyo mengungkapkan:
“Ketika saya mengunjungi Rama Tom Jacobs yang dirawat di Rumah Sakit sekitar satu bulan sebelum menghadap Tuhan, Rama Tom mengajak saya untuk berbicara dari hati ke hati sebagai sahabat, mengenai hal penting yang ada dalam hati beliau.
Rama Tom menyampaikan keprihatinan beliau tentang Gereja di Belanda dan Gereja di Indonesia. Beliau amat sedih menyaksikan perkembangan keadaan Gereja Katolik di Belanda, dan berharap agar Gereja Katolik di Indonesia tidak mengalami hal yang sama, meskipun yang dihadapi adalah tentangan global yang sama.
Beliau menyebut secara khusus proses sekularisasi yang dampaknya amat dahsyat, antara lain sekularisme. Lalu muncul pertanyaan: Apa yang dapat kita buat? Dalam pembicaraan itu muncul satu gagasan: pembinaan iman melalui devosi popular yang dilandaskan pada iman yang kuat.”
Gagasan Rama Tom Jacobs itu kemudian ditulis dan diberi judul “Mempersiapkan Kongres Ekaristi.” Pada waktu memberikan naskah wasiat iman itu kepada Mgr. Suharyo, Rama Tom berkata, “Har, ini rangkuman dari seluruh pergumulan iman saya.” Pergumulan iman Rama Tom Jacobs tersebut semakin meneguhkan dan menyemangati Mgr. Suharyo dan Rama Pujasumarta selaku penanggungjawab pelaksanaan Kongres Ekaristi tahun 2008.
Dalam pembicaraan itu muncul ungkapan pembinaan iman melalui devosi popular yang dilandaskan pada iman yang kuat. Ekaristi dan devosi adorasi Ekaristi yang berkembang dan terus-menerus diwartakan di Keuskupan Agung Semarang menjadi salah satu cara pembinaan iman umat melalui devosi popular yang dilandaskan pada iman yang kuat.
Melalui berbagai cara umat KAS diajak untuk mencintai Ekaristi dan mengembangkan devosi popular adorasi Ekaristi. Di beberapa tempat didirikan kapel Adorasi Ekaristi Abadi, seperti Gua Maria Kerep Ambarawa, Gua Maria Mojosongo, Paroki Tanah Mas, Paroki Kebon Dalem, Paroki Klepu, Paroki Ganjuran, Paroki Kudus, Paroki Klaten, Paroki Ungaran, Paroki Kidul Loji, Paroki Ignatius Magelang, dsb.
Mgr. Pujasumarta sangat getol mewartakan dan mengajak para imam, biarawan/wati dan umat untuk mengembangkan adorasi, sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Orang diajak untuk merasakan kedamaian, mengalami kehadiran Tuhan, serta sembah sujud dan penyerahan diri di hadirat Tuhan. Ia meyakini akan daya ilahi yang diterima saat orang beradorasi.
Adorasi bagi Mgr. Pujasumarta sudah menjadi milik dan bagian hidupnya sejak lama. Hal ini diungkapkan sang kakak Rama Ignatius Ismartono SJ, “Dia peka terhadap perkara-perkara rohani. Sudah sejak kecil hal itu nampak. Misalnya, adorasi itu, bukan hanya karena Paus menganjurkan dia lakukan. Anjuran Paus hanyalah meneguhkan saja devosi yang di zaman pra Vatikan Kedua bernama Lof atau Astuti.”
Gagasan diadakannya Kongres Ekaristi Keuskupan di KAS dicetuskan oleh Rama Pujasumarta yang waktu itu menjadi Vikjen KAS. Dalam kesaksiannya, diungkapkan demikian: “Terus terang saya diberi kebebasan berekspresi dalam kaitan tata penggembalaan di Keuskupan Agung Semarang. Waktu saya punya gagasan agar para umat semakin ekaristis dalam hidup iman, beliau (Mgr. Suharyo -red.) sangat mendukung gagasan itu. Karena mendapat dukungan, maka sekalian saja kita adakan Kongres Ekaristi.”
Rangkaian acara Kongres Ekaristi Keuskupan I (KEK I) KAS dibuka dengan perayaan Ekaristi pembuka Kongres di gereja Santo Yusup Ambarawa pada hari Jumat, 27 Juni 2008, yang dihadiri oleh kurang lebih 2.500 orang.
Tema KEK I KAS terinspirasi dari Injil hari ini. Temanya adalah “Ekaristi: Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan (bdk. Yoh 6: 1-15)”. Dengan mendalami tema tersebut seluruh umat KAS dan peserta Kongres diharapkan semakin bergairah untuk terlibat dalam Gerakan Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan, baik dengan mengungkapkan iman dalam liturgi Ekaristi maupun dengan mewujudkannya dalam tindakan berbagi.
Pertanyaan refleksinya, Maukah Anda berbagi (waktu, tenaga, pikiran, makanan, pakaian, dana, dsb) pada sesama yang membutuhkan di masa Virus Covid 19 saat ini?
Mari siap diutus untuk berbagi dan peduli.
Berkah Dalem dan Salam teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)