Percik Firman: Mutiara Tetap Bersinar

0
168 views
Stigmata pada Padre Pio di awal abad ke-19. (ist)

Sabtu, 23 September 2023
PW Santo Padre Pio (imam)
Bacaan Injil: Lukas 8:4-15

Saudari/a ku ytk.,

Dalam sejarah Gereja hanya ada tiga orang kudus yang dinyatakan resmi menerima anugerah stigmata ini, yaitu Santo Fransiskus Assisi (diakon), Santa Katarina dari Siena (suster), dan Santo Padre Pio (imam).

Hari ini tanggal 23 September, Gereja merayakan Peringatan Wajib Santo Padre Pio (1887-1968). Dia seorang imam yang suci dan mendapat anugerah stigmata pada zaman modern ini. Dia lahir di kota Pietrelcina, Italia selatan. Anak kelima dari delapan bersaudara ini berasal dari keluarga petani sederhana.

Pada tanggal 20 September 1918, ketika Padre Pio berdoa di depan sebuah Salib di kapel tua, sekonyong-konyong suatu sosok seperti malaikat memberinya stigmata.

Stigmata itu terus terbuka dan mencucurkan darah selama 50 tahun.

Stigmata adalah tanda luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang (luka-luka di kaki, di tangan, di lambung, di kepala).

Padre Pio dinyatakan santo oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma pada tanggal 16 Juni 2002. Santo Padre Pio adalah pelita bagi dunia modern ini. Cahaya kekudusan dan kedamaiannya memancar ke berbagai penjuru.

Salah satu pesan Santo Padre Pio yang sangat menguatkan hidup saya, yaitu: “Dalam kesukaran, menggenggam Rosario adalah bagaikan menggenggam tangan Maria sendiri.”

Setiap patung Padre Pio biasanya digambarkan dengan memegang rosario. Hal ini saya lihat di beberapa titik di kompleks makamnya di Giovanni Rotondo, Italia Selatan waktu itu. Saya bersyukur pernah diberi kesempatan Tuhan 2 kali untuk berziarah ke sana.

Giovanni Rotondo sebuah daerah pegunungan yang terasa aura kesejukan, kedamaian, dan ketenangan.

Bacaan injil hari ini berbicara tentang biji yang berbuah dan tidak berbuah. Biji yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang baik, dan mengeluarkan buan dalam ketekunan.

Bagaikan sebuah tanaman yang tumbuh, berakar dan berbuah, demikian pula hidup kita sebagai anak-anak Allah. Santo Padre Pio adalah salah satu contoh pribadi yang terus bertumbuh dan berbuah pada zaman modern ini.

Terkait ketekunan dalam bertumbuh dan berbuah, Paus Fransiskus pernah mengungkapkan, “Berdirilah di manapun kamu berada! Jika kamu berada di tanah, bangunlah! Jangan pernah jatuh, bangunlah, biarkan dirimu dibantu untuk berdiri.

Jika kamu terduduk, mulailah berjalan.

Jika kebosanan melumpuhkanmu, singkirkanlah kebosanan itu dengan karya-karya kebaikan. Jika kamu merasa hampa dan kehilangan semangat, mintalah Roh Kudus untuk kembali mengisi kekosonganmu.”

Seberat apa pun masalah kita, jangan sampai kita mudah menyerah dalam menjalani kehidupan dan tugas perutusan ini.

Bersama Santo Padre Pio kita diajak untuk mengandalkan Tuhan.

Padre Pio juga pernah mengalami ketidaknyamanan dan penderitaan bertahun-tahun. Dia diasingkan oleh Gereja karena dianggap aneh. Dia dilarang mimpin misa bersama umat. Hanya boleh misa pribadi.

Dia juga dilarang memberikan pelayanan Sakramen Tobat. Situasi yang tidak mudah bagi seorang imam. Tetapi dia menjalaninya dengan tegar dan selalu mengandalkan Tuhan.

Mutiara akan tetap Mutiara meskipun dimasukkan ke dalam lumpur. Dia akan tetap bersinar sebagai mutiara.

Itulah Padre Pio.

Kesucian hidupnya tetap bersinar meskipun berada dalam pengasingan dan kesendirian, dimana dia dijauhkan dari umat yang dicintainya dan yang mencintainya.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap Anda terhadap permasalahan dan ketidaknyamanan hidup selama ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here