Senin, 21 September 2020
Pesta Santo Mateus, Rasul dan Pengarang Injil
Bacaan Injil: Matius 9:9-13
“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13)
Saudari/a ku ytk.,
ADA sebuah keluarga yang dikenal tidak baik oleh masyarakat sekitar karena pekerjaan dan perilakunya. Anak-anaknya juga dikenal ndugal. Hampir setiap hari mereka menjadi buah bibir atau bahan obrolan tetangganya.
Pada suatu hari keluarga itu dikunjungi oleh seorang imam. Kunjungan dan sapaan dari imam itu memberikan pengaruh positif bagi keluarga itu. Roh Kudus berkarya dalam diri keluarga itu. Dalam perjalanan waktu, keluarga itu ingin menjadi katolik. Mereka ikut pelajaran dan akhirnya dibaptis.
Tuhan bisa mengubah yang bengkok menjadi lurus. Tuhan bisa mengubah seorang penjahat menjadi orang baik. Tuhan bisa melunakkan orang yang keras hati menjadi lembut hati. Bahkan sejarah membuktikan, dari keluarga yang tidak sempurna, Tuhan bisa memanggil seseorang menjadi rekan kerja-Nya, menjadi imam, suster atau bruder.
Dalam Anjuran Apostolik “Amoris Laetitia” (Sukacita Kasih), Paus Fransiskus mengungkapkan, “Tidak ada keluarga jatuh dari surga dalam bentuk sempurna. Keluarga perlu terus bertumbuh dan dewasa dalam kemampuan mencintai…semoga kita tidak patah semangat karena keterbatasan kita” (AL 325).
Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Matius (rasul dan pengarang Injil). Bacaan Injil mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus memanggil Matius, sang pemungut cukai (petugas penarik pajak waktu itu) menjadi rasul-Nya. Selain itu, dia juga dianugerahi ilham Roh Kudus untuk menulis Injil Matius.
Dialah pendosa yang dipanggil Tuhan. Ia seorang Yahudi yang bekerja sebagai pemungut cukai di Kapernaum-Galilea. Pada zaman itu pemungut cukai dibenci, dicap negatif, dan dianggap hina oleh masyarakat. Pemungut cukai sering dikelompokkan sebagai ‘orang berdosa’.
Matius dan keluarganya dibenci dan dicap pendosa. Mengapa demikian? Karena mereka bekerja sebagai penagih pajak untuk pemerintah Romawi atau penjajah bangsa Yahudi. Mereka memeras rakyat dengan cara menaikkan pajak dan mengkorupsi kelebihannya. Lalu memasukkannya ke kantong pribadi.
Para pemungut cukai dipandang sebagai pendosa, yang dapat disejajarkan dengan pembunuh, perampok, penjahat, pelacur, dll. Alasannya, mereka itu adalah sahabat dan kaki-tangan Romawi, bangsa kafir yang menjajah mereka.
Yesus memanggil seorang pemungut cukai, seorang yang hina dan tidak sempurna. Kalau Anda adalah orang yang berdosa dan dianggap hina oleh masyarakat, janganlah takut untuk datang kepada Yesus! Jangan malu untuk dilibatkan Tuhan dalam karyaNya. Jangan malah kita menjadi pribadi yang minder dan merasa tidak berguna.
Allah menghendaki siapa pun bisa terlibat dalam karya keselamatanNya. Tiada lelah Allah memanggil manusia. Semua diberi tawaran yang sama. Bahkan orang yang dipandang pendosa pun dipanggilNya.
Mateus bersukacita disapa Tuhan. Atas sapaan atau panggilan Allah itu, Mateus siap menjadi rasulNya. Ia ngemban dhawuh Dalem (melaksanakan perintah Allah). Dikisahkan, “Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku.’ Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia”.
Mateus, seorang terpelajar. Ia dapat berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani dan Aramik. Menurut tradisi lisan purba, Mateus mewartakan Injil dan berkarya di tengah kaum sebangsanya: orang-orang Kristen keturunan Yahudi di Palestina atau Siria selama 15 tahun (50-65).
Selama itulah ia menulis Injilnya yang berisi pengajaran agama dan kesaksian tentang Yesus kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi.
Setelah menuliskan Injilnya, Mateus pergi ke arah timur, yakni ke Makedonia, Mesir, Etiopia dan Persia. Ia mati sebagai martir di Persia karena mewartakan Injil tentang Yesus Kristus.
Tuhan Yesus menegaskan, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Tuhan Yesus tidak menuntut kesempurnaan dari kita, tetapi meminta kesiapsediaan (disponibilitas) kita untuk dibimbingNya dan dilibatkan untuk pengembangan GerejaNya. Matius termasuk salah satu pendosa yang dipanggil Tuhan.
Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda dan keluarga Anda dibenci, ‘dirasani’, dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar? Jika ada saudara yang dibenci dan dicap negatif, apakah Anda mau mendekati dia dan menunjukkan sikap empati kepadanya?
Proficiat dan selamat berpesta pelindung untuk Anda, lingkungan dan paroki Anda yang berada dalam naungan Santo Matius.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. Jangan lupa bahagia. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)