Percik Firman : Rasul Kerahiman yang Hangat dan Peka

0
69 views

Minggu, 27 April 2025

Hari Minggu Paskah II – Pesta Kerahiman Ilahi 

Bacaan: Yoh 20:19-31

Saudari/a ku ytk.,

SABTU kemarin kita melihat sebuah peristiwa iman yang sungguh luar biasa, yaitu prosesi pemakaman Paus Fransiskus, sebuah prosesi yang sederhana tetapi sungguh agung. Peristiwa itu bisa menjadi salah satu pewartaan iman Gereja kepada masyarakat dunia saat ini. 

Dari sosok Paus Fransiskus, kita mendapat warisan kesederhanaan, murah senyum, persaudaraan, cinta lingkungan hidup, peduli pada orang yang miskin, dsb. 

Dalam homili misa pemakaman kemarin, Kardinal Re mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus selalu menempatkan Injil belas kasih di pusat perhatiannya. Sri Paus berulang kali menekankan bahwa Allah tidak pernah lelah mengampuni kita. Ia selalu mengampuni, apa pun situasinya bagi orang yang memohon pengampunan dan kembali ke jalan yang benar. Ia mencanangkan Yubileum Luar Biasa Kerahiman untuk menyoroti bahwa belas kasih adalah inti Injil.

Pada hari ini Gereja merayakan Hari Minggu Paskah II sekaligus Pesta Kerahiman Ilahi. Pesta ini ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 30 April 2000 bersamaan kanonisasi Santa Faustina. Santa Faustina adalah seorang suster sederhana dari Polandia yang mendapat anugerah melihat Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mendatangi dirinya dan berpesan agar menyebarluaskan devosi Kerahiman Ilahi ini.

Pada tanggal 22 Februari 1931, Yesus bersabda kepada Suster Faustina: “Aku mau supaya ada Pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paska. Hari Minggu ini harus menjadi Pesta Kerahiman.” Kehendak Tuhan Yesus itu baru dilaksanakan tahun 2000. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus menampakkan Diri-Nya kepada para murid. Berkali-kali dalam bacaan Injil hari ini muncul kata “melihat”. Tentu hal ini menunjukkan bahwa pesan “melihat” adalah sesuatu yang sangat penting. Apa yang mereka lihat? Mereka melihat Tuhan. Dikatakan demikian, “Murid-murid itu bersukacita karena mereka melihat Tuhan”. 

Hati para murid dipenuhi sukacita. Kehadiran Tuhan membuat para murid tidak lagi takut dan cemas. Mereka tidak lagi bingung dan “gegana” (gelisah, galau dan merana) karena peristiwa penyaliban di bukit Golgota. Memang butuh proses untuk menyadari kehadiran Tuhan yang bangkit. 

Kisah kebangkitan Yesus dan iman akan kebangkitan Yesus menjadi pewartaan yang disampaikan sejak zaman para rasul dan Gereja Perdana sampai sekarang ini. Jika Yesus tidak bangkit, sia-sialah iman kita.

Seperti para rasul dalam injil hari ini, kita juga dipanggil menjadi “rasul-rasul” kerahiman pada zaman ini. Bagaimana caranya? Caranya dengan mengandalkan Tuhan, bersukacita, serta membawa pengharapan / damai sejahtera kepada sesama. 

Paus Fransiskus menjadi contoh nyata rasul kerahiman zaman sekarang. Seperti yang disampaikan Kardinal Re, Paus Fransiskus kaya akan kehangatan manusiawi dan sangat peka terhadap tantangan masa kini. Dia benar-benar turut merasakan kecemasan, penderitaan, dan pengharapan di era globalisasi ini. Ia memberikan dirinya dengan menghibur dan menyemangati kita.

Karismanya yang ramah dan mau mendengarkan, dipadukan dengan sikap yang sesuai dengan kepekaan zaman sekarang, menyentuh hati dan berusaha membangkitkan kembali kepekaan moral dan spiritual. Evangelisasi merupakan prinsip utama pontifikasinya. 

Dengan visi misi yang jelas, ia menyebarkan sukacita Injil, yang merupakan judul dari seruan apostoliknya yang pertama, Evangelii Gaudium. Sukacita itulah yang memenuhi hati semua orang yang mempercayakan diri kepada Allah dengan keyakinan dan harapan.

Gereja adalah rumah bagi semua orang, rumah yang pintunya selalu terbuka. Ia sering menggunakan gambaran Gereja sebagai “rumah sakit lapangan” setelah pertempuran yang menyebabkan banyak orang terluka; Gereja yang bertekad untuk menangani masalah-masalah manusiawi dan kecemasan besar yang mencabik-cabik dunia masa kini; Gereja yang mampu membungkuk kepada setiap orang, terlepas dari keyakinan atau kondisi mereka, dan menyembuhkan luka-luka mereka.

Dalam Pesta Kerahiman hari ini, kita makin disegarkan akan makna Rahamim (kerahiman). Kerahiman adalah sifat kasih Allah yang serupa dengan sifat rahim seorang ibu, yaitu melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, dan memberi kedamaian. 

Semoga kita bisa terus menghadirkan kerahiman Ilahi dalam hidup sehari-hari. Yesus Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.

Berkah Dalem, Salam Teplok, dan Salam Kerahiman. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here