Peringatan Wajib Santo Maksimilianus Maria Kolbe (imam dan martir)
Bacaan : Matius 17: 22-27
“Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Mat 17: 22-23a)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia, nubuat mempunyai dua arti, yaitu: (1) wahyu yang diturunkan kepada nabi (untuk disampaikan kepada manusia); (2) ramalan. Kalau mau jujur, setiap orang pasti ingin masa depan yang cerah dan membahagiakan. Kalau ada nubuat atau ramalan mengenai dirinya, pasti diharapkan hasil ramalannya baik, tidak menyedihkan. Iya nggak? Jarang orang meramalkan dirinya sendiri secara menyedihkan. Apalagi terkait dengan karier, pekerjaan, masa depan hidup, pasangan hidup, keuangan, kesehatan, dsb.
Dalam Injil, Yesus justru menubuatkan tentang diriNya. Dalam Injil Matius Yesus bernubuat tentang diriNya sampai tiga kali. Nubuat itu terkait dengan salib, pengkhianatan, penderitaan, penolakan kejam, kematian disalib sebagai hukuman, sampai dibangkitkan pada hari ketiga (Mat 16:21, 17:22-23, dan 20:17-19). Penolakan dan hukuman dalam tradisi Yahudi biasanya dilakukan dengan hukuman rajam, yaitu dilempari batu sampai mati. Sedangkan dalam tradisi Romawi, hukuman dilakukan dengan penyaliban. Hukuman salib merupakan hukuman yang paling sadis, kejam, menyakitkan dan mengerikan pada saat itu.
Nubuat Yesus tentang diriNya ini membuat para murid bingung, kaget dan takut. Mengapa Yesus harus menderita dengan cara seperti itu? Penderitaan Yesus berlawanan dengan harapan para murid tentang Yesus sebagai Sang Mesias. Dengan penyerahan itu, Yesus ingin menawarkan hidup-Nya bagi kita manusia. Salib adalah bayaran lunas dari Yesus dalam menebus dosa umat manusia. Dengan demikian, nubuat penderitaan tak hanya untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengantisipasi karya penebusan-Nya bagi kita.
Kita mengenangkan Yesus, Sang Anak Manusia yang rela berkurban nyawa, menyerahkan hidup-Nya melalui Ekaristi. Ekaristi menjadi kekuatan dan nutrisi rohani bagi kita para muridNya zaman ini. Santo Maksimilianus Maria Kolbe (1894-1941) yang kita peringati hari ini sangat mencintai Ekaristi. Ia lahir di Polandia. Ia menjadi imam Fransiskan Conventual yang luar biasa.
Ia juga terus mempertobatkan para pendosa, melawan ajaran sesat, menyebarkan Medali Wasiat, dan devosi kepada Bunda Maria. Ia ditangkap dan ditahan pada zaman NAZI Jerman pada tanggal 28 Mei 1941. Dia dimasukkan ke kamp Auschwitz dengan nomor tahanan 16670. Di dalam kamp ini, Maksimilianus masih melayani umatnya, termasuk dengan diam-diam merayakan Ekaristi.
Ketika seorang tahanan bernama, Francis Gajowniczek, hendak dieksekusi atau dihukum mati, ia menagis sambil menyebut anak dan isterinya. Pastor Maksimilianus merasa iba dan kasihan pada bapak itu. Lalu ia meminta kepada pimpinan tahanan agar bisa menggantikan bapak itu. Dia rela berkurban nyawa untuk menyelamatkan bapak itu dan keluarganya. Permohonan itu pun dikabulkan.
Selama tiga minggu, Maksimilianus dan beberapa tahanan lainnya dibiarkan kelaparan hingga mati. Tetapi Maksimilianus termasuk sedikit dari yang bertahan hidup. Pada 14 Agustus 1941, Maksimilianus Maria Kolbe meninggal dunia setelah disuntik mati menggunakan asam karbonat di Auschwitz, Polandia. Gereja mengangkatnya sebagai martir. Pada 17 Oktober 1971, ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI dan pada tanggal 10 Oktober 1982 ia diangkat menjadi santo oleh Paus Yohanes Paulus II.
Pertanyaan refleksinya: Maukah Anda berkurban untuk kebaikan dan keselamatan sesama? Seberapa besar Anda mencintai Ekaristi? Seberapa sering Anda ikut misa di Gereja? Selamat merenungkan.
Di Jawa Timur ada kota Tuban
Di Sumatera ada kota Medan
Mari maju terus dan rela berkorban
Dengan Yesus sebagai teladan.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
NB: Terimakasih saya ucapkan kepada Anda semua atas doa, support, dan atensinya saat saya merayakan ulang tahun kelahiran kemarin (13/8). Semoga Tuhan memberkati Anda, keluarga Anda, komunitas Anda, dan pekerjaan Anda. Dan saya juga berterimakasih karena Anda telah memberi saya “kado” dengan memenuhi ajakan saya dalam Percik Firman Minggu kemarin dengan mendoakan ibu Anda masing-masing, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dengan doa 3x Salam Maria. Karena seperti Bunda Maria yang menyediakan rahimnya bagi Yesus, ibu kita juga telah menyediakan rahimnya untuk pertumbuhan kita sejak awal mula sampai kelahiran, bahkan membesarkan dan mendidik kita anak-anaknya.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Di Jawa Timur ada kota Tuban
Romo tahu kota Tuban aku ikut bergembira karena disana 56 tahun yang lalu aku dilahirkan dari rahim ibuku yang telah berbahagia di Surga