Percik Firman: Sukacita yang Penuh

0
861 views

Sabtu, 23 Mei 2020

Novena Roh Kudus Hari ke-2

Bacaan Injil: Yoh 16: 23b-28

“Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh 16:24)

Sdri/a yang terkasih,

KALAU Anda berdoa, biasanya apa yang Anda ungkapkan? Ungkapan syukur, memuji Tuhan atau memohon? Kalau memohon, apa yang Anda mohon? Biasanya untuk siapa permohonan Anda itu? Apa makna doa bagi Anda?

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus mengungkapkan bahwa “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah pencobaan dan di tengah kegembiraan”. 

Sedangkan Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa Doa berarti mengangkat hati dan budi menuju Allah, atau memohon hal-hal baik kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah yang datang untuk berjumpa dengan manusia. Doa Kristen ialah relasi anak-anak Allah yang personal dan hidup dengan Bapa mereka yang maha baik, dengan Putra-Nya Yesus Kristus, dan dengan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka. (Bdk. KGK 2558-2565).

Dalam bacaan Injil pada Novena Roh Kudus hari ke-2 ini, Tuhan Yesus menasihati kita untuk berani meminta kepada Bapa. “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”, pinta Yesus. Sabda Yesus hari ini memberikan kita kelegaan, rasa ayem, dan sukacita. Allah Bapa kita adalah sumber segala rahmat. Dia adalah Bapa yang peduli dan mengerti kebutuhan dan kerinduan kita anak-anak-Nya. 

Dengan berdoa, kita menyadari bahwa kita membutuhkan Tuhan. Kita juga menyadari kerapuhan dan keterbatasan kita. Kadang kala persoalannya terletak pada kita. Bunda Theresa dari Kalkuta sendiri pernah mengungkapkan, ”Berdoa itu amat sulit apabila orang tidak tahu bagaimana ia sebaiknya berdoa, maka kita harus saling membantu untuk belajar doa. Apa yang paling penting adalah keheningan. Kita tidak akan dapat menyadari kehadiran Allah tanpa menjadi hening. Maka, kita harus membiasakan diri dengan suatu keheningan roh, keheningan mata, dan keheningan lidah. Keheningan memberi kita suatu pandangan baru tentang segala sesuatu”.

Kemajuan atau kemunduran kita dalam hidup rohani ditentukan sejauh mana relasi dan kedekatan kita dengan Tuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kardinal Carlo Martini mengungkapkan ada 5 penyebab kemunduran atau krisis dalam hidup rohani.

Kelima penyebab kemunduran atau krisis dalam hidup rohani, yaitu: Kemalasan dalam doa dan menjalani doa hanya sebagai rutinitas (tidak dihayati); Kurangnya disiplin dalam pengendalian diri (askese/mati raga) terhadap hal-hal lahiriah/duniawi; Kurangnya pendidikan atau bina lanjut dan merasa puas diri; Adanya kemunafikan/kebohongan; dan Kurangnya keyakinan tentang pentingnya hidup pewartaan.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana relasi Anda dengan Tuhan akhir-akhir ini? Adakah pengalaman doa yang mengesan bagi Anda? 

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here