Senin, 22 Februari 2021
Pesta Tahta Santo Petrus
Bacaan Injil : Mat 16:13-19
“Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Jemaat-Ku” (Mat 16:18)
Saudari/a ku ytk.,
PONDASI itu sangat penting bagi sebuah bangunan. Dalam masyarakat Jawa, ada nasihat luhur terkait pentingnya pondasi yang kokoh dalam hidup berkeluarga. Diungkapkan demikian, “Bapak dienggo umpak, simbok dienggo tombok, simbah dienggo tambah, lan Gusti ingkang njangkepi”.
Arti harafiahnya, bapak menjadi dasar hidup berkeluarga, ibu melengkapi kekurangan, simbah memberikan tambah berkah dan doa restu, dan Tuhan yang menyempurnakan.
Hari ini Gereja merayakan pesta Tahta Santo Petrus. Santo Petrus dikenal sebagai paus pertama, pemimpin tertinggi dalam Gereja Katolik. Saat ini Gereja Katolik dipimpin oleh paus ke-266, yaitu Paus Fransiskus.
Tuhan Yesus meletakkan landasan atau pondasi Gereja-Nya di atas Petrus. Ditegaskan Tuhan Yesus dalam Bacaan Injil hari ini, “Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Nama aslinya adalah Simon. Yesus mengubah namanya menjadi Petrus. Istilah ’Petrus’ berasal dari bahasa Yunani Πετρος (Petros) yang berarti batu karang. Kata ini adalah terjemahan yang digunakan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru untuk nama Aramiac yaitu Cephas (Kefas), yang juga berarti batu.
Sebagai seorang pemimpin, Petrus pernah mengalami pengalaman yang sangat manusiawi dengan aneka pergulatan jatuh bangunnya. Saat ia keliru dan bersalah, ia menyesal dan bertobat. Saat ia mengalami kegagalan dan ketakutan, ia mau membuka diri untuk dibentuk Tuhan, siap berkorban, dan setia sampai akhir hayat.
Dia pernah keliru memahami makna Mesias yang menderita. Dia telah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali. Dan dia hampir melarikan diri dari Roma karena adanya penderitaan. Yesus menemuinya di tengah jalan untuk disalibkan kedua kalinya. Akhirnya, Petrus sadar, lalu kembali ke Roma dan siap menderita disalib demi imannya pada Kristus.
Petrus diangkat Yesus menjadi pemimpin para rasul. Sungguh menarik bahwa setiap tanggal 22 Februari, Gereja merayakan Pesta Tahta Santo Petrus. Merayakan pesta sebuah tahta atau kursi terasa janggal, saat kita pertama kali mendengarnya. Tetapi, kursi yang dimaksud di sini menunjuk pada primat dan wewenang yang dipercayakan Yesus Kristus kepada Santo Petrus, di mana keduanya secara bersama-sama merupakan suatu kekuatan pemersatu bagi segenap Gereja.
Primat dan wewenang ini dilambangkan dengan kursi Santo Petrus yang ditempatkan dekat dinding di belakang altar utama Basilika Santo Petrus, dalam suatu pahatan karya seni oleh artis Bernini. Pahatan tersebut merupakan wadah relikwi dari apa yang secara tradisional diyakini sebagai kursi asli atau cathedra Santo Petrus.
Tentu yang terpenting bukanlah hal keaslian kursi itu sendiri, melainkan apa yang dilambangkan oleh kursi tersebut, yaitu Tahta Suci. Tahta bukan jabatan untuk menguasai. Tahta sebagai sarana untuk melayani dan mengabdi untuk kepentingan banyak orang.
Selamat berpesta bagi paroki yang berlindung pada Santo Petrus. Santo Petrus, doakanlah kami agar dapat melayani dengan tulus dan setia pada Kristus.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)