Minggu Palma, 2 April 2023
Bacaan Injil: Mat 26:14 – 27:66
Saudari/a ku ytk.,
DALAM suasana yang lebih baik dari tahun 2022 lalu, pada hari ini kita seluruh umat Katolik merayakan Minggu Palma. Hari Raya Minggu Palma ini membuka rangkaian pekan suci. Kita semua diajak untuk melahirkan cinta bakti dan hormat kepada Kristus, Sang Raja Damai.
Banyak orang mengelu-elukan Yesus memasuki kota Yerusalem. Tetapi juga tidak sedikit yang menolak dan tidak suka akan kehadiran-Nya. Para imam kepala, ahli taurat dan orang Farisi malah sudah sepakat ingin membunuh Yesus.
Meskipun ditolak dan diancam, Yesus tetap terus berbuat baik dan mewartakan kasih. Benarlah ungkapan Jawa, “Aja leren dadi wong apik”. Jangan berhenti untuk menjadi orang baik. Teruslah berbuat baik. Kiranya ini menjadi pesan yang sangat jelas dalam perayaan Minggu Palma ini.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengar bahwa Yesus memasuki kota Yerusalem dengan naik seekor keledai. Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus Sang Raja untuk memasuki Yerusalem.
Yesus ingin menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem, yaitu: Ia adalah raja dan Ia membawa damai sejahtera.
Kata “Yerusalem” dapat dimaknai 2 hal, yaitu sebagai “Ierusaleem” (Yeru-zalim) maupun “Hierosolyma” (Yeru-syalom). Dimaknai sebagai Yeru-zalim, sebab di situlah kehadiran Yesus ditolak. Ia di-zalim-i dan divonis mati kendati tidak bersalah.
Di Yerusalem juga terlaksana penyelamatan bagi kita, sehingga Yerusalem juga disebut sebagai Yeru-syalom. Dari sanalah mengalir syalom, keselamatan ke seluruh dunia dan damai sejahtera bagi kita.
Yesus menghadapi Yeru-zalim dan Yeru-syalom dengan semangat yang sama, yakni ketaatan kepada Allah dan cinta kasih kepada manusia.
Bagaimana Yesus memasuki Yerusalem? Dia menunggang seekor keledai. Dia diterima oleh orang-orang yang rendah hati, rakyat sederhana. Yesus tidak memasuki Kota Suci Yerusalem untuk menerima penghargaan.
Dia masuk untuk dicambuk, dihina dan dilecehkan, seperti nubuat Nabi Yesaya. Dia masuk untuk menerima mahkota duri, balok titian, jubah ungu, bahkan kerajaan-Nya menjadi obyek cemoohan.
Dia masuk untuk mendaki Kalvari, membawa beban kayu salib-Nya. Yesus masuk ke Yerusalem untuk mati di kayu salib. Dan di sinilah martabat rajawi-Nya bercahaya dalam cara yang saleh, yakni tahta kerajaan-Nya adalah kayu Salib!
Maka benarlah kata Santo Ignatius Loyola, “There is no better wood for feeding the fire of God’s love than the wood of the cross.” (Tak ada kayu yang lebih baik untuk mengobarkan api cinta Tuhan selain kayu salib).
Yesus memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai karena kedatangan-Nya bukan untuk berperang, melainkan mewartakan damai. Bukan dengan penampilan yang garang dan membawa parang, tetapi dengan lembut hati dan rendah hati. Meski lamban dan tak segagah kuda, keledai dibutuhkan Yesus, “Tuhan memerlukannya!”
Pada zaman sekarang Yesus juga membutuhkan keterlibatan “keledai” untuk menggenapi misi-Nya, yakni: menjadi pendamai antara Allah dan manusia, menjadi rekan kerja Yesus menjadi Penyelamat Dunia.
Tuhan pun memerlukan kita untuk melaksanakan tugas yang mulia itu, yakni menjadi rekan kerja-Nya untuk membawa damai. Hadirkan damai bagi sesama dan alam ciptaan, seperti tema APP 2023 ini.
Siapapun kita diperlukan Tuhan, entah sebagai orangtua, anak, pelajar, mahasiswa, karyawan, imam, frater, biarawan maupun biarawati. Seperti keledai, kita diajak untuk melaksanakan tugas mulia itu meskipun pelan tetapi konsisten.
Semua tugas mesti dijalani dengan tekun sampai akhir, tidak gampang mengeluh, patah semangat, mutung dan putus asa.
Pertanyaan refleksinya, bersediakah Anda menjadi rekan kerja Allah saat ini untuk menciptakan damai di dalam keluarga, di komunitas, di paroki, di tempat kerja, di tengah masyarakat kita?
Pada awal Pekan Suci ini, marilah kita secara khusus berdoa “Doa Jadikanlah Aku Pembawa Damai” (PS 221). Mari terus Berbuat Kebaikan. Aja leren dadi wong apik.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)