Percik Firman: Tidak Takut Dibenci

0
203 views

Jumat, 24 November 2023

PW St Andreas Dung Lac dan para martir Vietnam

Bacaan Injil : Lukas 19:45-48

Saudari/a ku ytk.,

PERNAHKAH Anda marah? Apa yang menyebabkan Anda marah? Marah untuk suatu kebaikan bersama atau untuk mendidik adalah hal yang baik. Kalau ada orang yang salah, memang perlu ditegur. Jika sudah keterlaluan, orang itu bisa dimarahi agar dia sadar dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Dalam pengalaman sehari-hari, kita mungkin pernah melihat atau mendengar orang yang marah. Misalnya, Pak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta waktu itu pernah memarahi anak buahnya yang tidak becus bekerja. Orangtua memarahi anaknya yang tidak mau belajar dan terlalu sering bermain. Guru memarahi para muridnya yang terlambat datang ke sekolah.

Dalam bacaan Injil kemarin, Tuhan Yesus menangis. Pada bacaan Injil pada peringatan wajib Santo Andreas Dung Lac dan 117 martir (8 uskup, 50 imam dan 59 umat awam) Vietnam hari ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus sungguh marah ketika melihat para pedagang binatang korban dan penukar uang itu berjualan di pelataran Bait Allah.

Kegiatan mereka ini menjadikan Bait Allah kotor dan semrawut. Juga penuh dengan kotoran binatang dan penuh dengan kotornya transaksi uang yang tidak sehat. Dengan kerjasama (kongkalingkong) para imam di Bait Allah, para pedagang bisa “menyembelih” para peziarah dengan mematok harga binatang korban yang sangat tinggi. Konon katanya, harga binatang korban bisa dinaikkan 20 kali lipat.

Yesus mengusir semua pedagang di situ. Dengan tegas Yesus berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”.

Bagi Yesus apa yang dilihatnya sudah keterlaluan, tempat doa berubah menjadi pasar yang bukan mustahil disertai dengan aneka tipu-menipu. Mereka memanfaatkan kesempitan yang dialami oleh para peziarah (butuh hewan korban) sebagai kesempatan untuk menaikkan harga yang seenaknya.

Bagi Yesus, Bait Allah adalah rumah Bapa, tempat di mana umat dapat bertemu dengan Allah Bapa-Nya. Tidak sepantasnya pertemuan kudus yang diadakan di tempat kudus tersebut dikotori oleh kotoran fisik (diwakili oleh kotornya tempat jualan binatang korban) dan kotoran moral (diwakili oleh penukar uang yang memakai kelicikan).

Meskipun tahu konsekwensinya akan dibenci, Yesus tetap mempunyai prinsip yang tegas. Dia tidak takut dibenci. Dia tetap mengusir dan marah dengan para pedagang itu. Hal ini menjadi teladan kita untuk menjadi pribadi yang bermental kuat dan berprinsip yang teguh. Demi kebaikan bersama, kita juga harus berani tegas dan siap dengan resikonya (tidak disukai, dibenci, dsb).

Para martir Vietnam memberi kita teladan keberanian, pantang menyerah dan tegas pada prinsip. Penyiksaan yang dialami para martir ini dianggap sebagai yang terburuk dalam sejarah Kemartiran Gereja Kristen. Para penyiksa diketahui memutilasi setiap sambungan sendi di tubuh mereka, mengoyak daging dengan besi membara, dan menggunakan obat-obatan untuk memperbudak pikiran para korban. 

Bahkan orang-orang Katolik Vietnam pada saat itu diberi cap dengan besi membara di wajahnya dengan tulisan “tả đạo” yang berarti : “Agama Jahat (Seram)”. Setiap desa tempat di mana terdapat keluarga Kristen akan dilenyapkan.

Para martir Vietnam telah menderita untuk mempertahankan harta terbesar yang mereka miliki, yakni Iman Katolik mereka. Mereka mampu menanggung penyiksaan yang berat dan tetap percaya bahwa Yesus ada bersama mereka dalam segala hal.

Pertanyaan refleksinya, Beranikah Anda marah dan mengkritik ketika melihat ketidakadilan di sekitar tempat tinggal atau tempat kerja Anda? Siapkah Anda dibenci atas tindakan Anda itu?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here