Selasa, 19 September 2017
Bacaan: Lukas 7:11-17
“Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Jangan menangis!” (Luk 7:13)
Saudari/a ku ytk.,
SUATU hari ada seorang ibu -yang bagiku luar biasa- bersharing kepada saya. Beliau menuliskan demikian, “Saya menangis Mo Gun setelah membaca Percik Firman ‘Panggilan Berkeluarga.’ Teringat suamiku yang pernah mengarungi bahtera kebahagiaan bersama kedua anakku selama 21 tahun. Tetapi saya bersyukur bisa menuruti amanatnya supaya Silvi dan Andi jangan sampai lepas dari Yesus sampai kelak berkeluarga. Puji Tuhan mereka pun mendidik anak-anaknya untuk menjadi pelayan Tuhan, maaf Romo kok jadi curhat…. Aku sangat bahagia, Romo, karena buah perkawinan yang telah aku rawat telah berbuah pula. Dialah cucu-cucuku yang mau menjadi pelayan Tuhan.”
Sudah cukup lama suaminya ‘seda’ (meninggal dunia) saat anak-anaknya masih remaja. Ia harus membesarkan dan menuntaskan mendidik kedua anaknya. Tuhan melihat ibu itu beserta kondisi keluarganya. Tuhan menunjukkan belaskasih kepadanya. Dan sekarang kedua anaknya sudah menikah. Ibu itu sudah mempunyai beberapa cucu. Cucunya yang besar (mungkin) saat ini sudah mulai kuliah. Kedua anaknya aktif di paroki menjadi lektor dan dirigen. Cucu-cucunya pun aktif menjadi misdinar dan ada yang mulai menjadi organis di gereja parokinya. Ibu itu sekarang menjadi prodiakon.
Hebat ‘ibu janda’ itu. Salut saya pada beliau. Saya tidak tahu, di dunia saat ini lebih banyak janda atau duda. Umat Katolik di paroki Anda kira-kira lebih banyak janda atau duda yach? Sejak menjadi imam, saya lebih banyak memberkati jenasah seorang suami daripada seorang isteri. Saya menjumpai bahwa lebih banyak suami yang meninggal terlebih dahulu. Di desa saya juga lebih banyak jandanya. Artinya, bisa jadi juga lebih banyak janda di tengah umat Katolik.
Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus melakukan inisiatif terlebih dahulu untuk menolong ibu janda yang berduka itu, karena anak laki-lakinya yang tunggal telah meningal dunia. Kehilangan anak laki-laki satu-satunya merupakan pukulan terbesar dalam kehidupan janda tersebut. Mengapa? Karena ia kehilangan segala-galanya, termasuk penopang hidupnya.
Kata “janda” dalam bahasa Ibrani adalah ’almanâ dan kata Yunaninya adalah chera. Dalam penggunaan umum kata Yunani chera memiliki akar yang bermakna “ditinggalkan, tertinggal kosong”. Sementara makna ’almanâ lebih melukiskan seorang wanita yang kehilangan dukungan sosial dan ekonomi karena kematian suaminya. Seorang janda memiliki status sosial yang lemah.
Sangat menarik merenungkan sikap pertama yang diperlihatkan Tuhan Yesus ketika melihat janda itu. Dikatakan tadi bahwa “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Jangan menangis!” Tuhan Yesus pertama-tama tidak bertanya tentang apa penyebab kematian anak muda itu, tetapi langsung menaruh belas kasihan kepada janda itu, dan Dia menghiburnya sambil mengatakan “Jangan menangis!” Hal ini seolah-olah hendak mengatakan, “Aku tak mau melihat engkau menangis karena Aku datang ke dunia untuk membawa sukacita dan damai sejahtera.”
Sikap kepedulian yang luar biasa diteladankan oleh Tuhan Yesus kepada kita dengan tindakan nyata. Dia peduli kepada orang yang dalam kesusahan, tidak sebatas kata-kata. Sangat ironis jika kita sebagai pengikut Kristus cenderung hanya sebatas ingin tahu saja dengan permasalahan hidup orang lain tanpa mau memberi jalan keluar, atau hanya mau melihat dan mendengar penderitaan orang lain tanpa mau ‘menyentuh’ permasalahan yang dihadapinya itu. Lebih parah lagi, kita malah menjauhi dan ‘ngrasani’ saudara kita yang sedang ditimpa masalah dalam keluarga.
Pertanyaan refleksinya: Bagaimana situasi batin Anda hari-hari ini? Apakah Anda merasakan bahwa Tuhan melihat Anda dan berbelaskasih atas pergulatan hidup Anda saat ini? Selamat merenungkan.
Di restoran makan sate usus
Makin nikmat ditambah spaghetti
Bahagianya mempunyai Tuhan Yesus
Yang selalu peduli dan berempati.
Berkah Dalem dan salam teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)