Kamis, 23 November 2023
Bacaan Injil : Luk19:41-44
“Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota Yerusalem, Ia menangisinya” (Luk 19:41)
Saudari/a ku ytk.,
ADA berbagai macam alasan mengapa orang menangis. Ada orang menangis karena bahagia. Ada pula orang menangis karena sedih. Ada yang menangis karena prihatin atas keadaan yang terjadi.
Ketika berhasil lulus dengan penuh perjuangan, misalnya, orang bisa menangis terharu dan gembira. Ketika ada saudara yang meninggal dunia, pada umumnya orang menangis sedih karena merasa kehilangan atau belum bisa membahagiakannya.
Ada orang yang menangis karena memprihatinkan keadaan hidup bersama. Hidup beriman dan bermoralnya sangat memprihatinkan. Inilah yang dirasakan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini.
Dia menangis karena memprihatinkan keadaan hidup orang-orang Yerusalem. Hidup mereka tidak rukun, tidak peduli, dan menolak kehadiran Yesus Sang pembawa damai sejahtera.
Di kota Yerusalem saat ini ada sebuah gereja untuk mengenangkan saat Tuhan Yesus menangisi kota Yerusalem. Namanya gereja Dominus Flevit (Tuhan Menangis). Gereja Dominus Flevit ini merupakan gereja tempat Yesus menangisi Yerusalem dan menubuatkan kehancurannya. Dari jendela gereja itu, kita bisa menyaksikan keindahan kota Yerusalem.
Di depan gereja itu ada ‘Pohon Mahkota Duri.’ Duri sepanjang sekitar 4-5 cm. Ketika peziarah menaruh duri tersebut ke kepalanya, dia akan merasakan kesakitan. Para peziarah akan bisa merasakan betapa sakitnya Tuhan Yesus saat “dipakaikan” mahkota duri pada waktu ingin disalib.
Gereja Dominus Flevit adalah gereja Katolik Roma di lereng Bukit Zaitun, di seberang tembok Kota Tua Yerusalem, berhadapan dengan pintu gerbang emas. Menurut sejarahnya, pada abad ke-12 gereja ini dibangun, tetapi kemudian dihancurkan oleh kelompok tertentu. Kemudian gereja ini dibangun kembali dan dirancang oleh arsitek Italia Antonio Barluzzi (1884-1960) dan dipercaya oleh Penjaga Fransiskan dari Tanah Suci.
Di bagian dalam gereja ada mosaic yang menggambarkan induk ayam yang berupaya mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya. Hal ini mau mengungkapkan kasih Tuhan kepada umat-Nya.
Selama pembangunan tempat kudus ini, para arkeolog menemukan artefak (benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah), yang berasal dari zaman Kanaan, serta makam dari Kuil Kedua dari era Byzantine. Gereja Dominus Flevit dibentuk dalam bentuk tetesan air mata untuk melambangkan air mata Kristus.
Kita sebagai pengikut Kristus pada zaman ini ditantang untuk mau mengurangi air mata Tuhan Yesus atau mau menambah air mata Tuhan Yesus. Dosa-dosa yang kita lakukan tentu akan menambah air mata Tuhan. Tindakan aborsi, perang, korupsi, melecehkan orang lain, cuek dengan keadaan sesama di sekitar kita, tidak mau berdamai atau mengampuni orang lain, dan aneka tindakan yang senada seperti itu tentu akan makin menambah derasnya air mata Tuhan.
Berbeda jika kita berusaha hidup baik, peduli pada sesama, berdamai dengan orang yang menyakiti atau disakiti, berkata-kata dan berperilaku yang sopan dan empatik, tentu akan membuat Tuhan gembira.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup, tutur kata dan perilaku Anda akhir-akhir ini? Lebih menggembirakan Tuhan atau lebih menyedihkan hati Tuhan? Maukah Anda ikut mengurangi air mata Tuhan dengan hidup sebagai orang Katolik yang baik?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)