Senin, 28 Juni 2021
PW St. Ireneus, Uskup dan Martir
Bacaan Injil : Mat 8:18-22
Saudari/a ku ytk.,
DALAM kesempatan liburan musim panas, kami berkesempatan pergi ke Perancis. Di sana kami berziarah ke desa Ars, makam Santo Yohanes Maria Vianey. Kemudian berlanjut menikmati persaudaraan ekumene di komunitas Taize di Perancis Selatan.
Pada hari terakhir sebelum kembali ke Roma, kami ziarah ke Lyons, tempat kemartiran Santo Ireneus. Di dalam gereja Lyons tersebut terdapat banyak tulang para martir yang disimpan di ruang bawah tanah gereja tersebut.
Pada hari ini Gereja merayakan peringatan wajib Santo Ireneus dari Lyons (130-202), Uskup dan Martir. Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita akan jalan kemuridan. Seorang murid Kristus dituntut sikap lepas bebas dan totalitas dalam mengikuti Dia, maka kita harus siap dengan ketidaknyamanan, bahkan penganiayaan. Wani nggetih, wani gupak lemah, dan siap berkotor tangan untuk mengikuti Sang Guru.
Hal ini sungguh-sungguh dihidupi dan dihayati oleh Santo Ireneus. Ireneus berarti pencinta damai. Dia adalah seorang Yunani yang dilahirkan sekitar tahun 130. Ia mendapat pendidikan di Smirna dari Uskup Polikarpus, yaitu murid Santo Yohanes Rasul.
Suatu ketika Ireneus mengatakan kepada seorang teman, “Aku mendengarkan pengajaran Santo Polikarpus dengan amat seksama. Aku menuliskan setiap tindakan maupun perkataannya, bukan di atas kertas melainkan dalam hatiku, serta oleh rahmat Allah selalu kurenungkan dengan seksama”.
Setelah ditahbiskan menjadi imam, Ireneus diutus ke Lyons, Perancis. Pada waktu itu Perancis termasuk Gereja yang masih muda. Di kota Lyons inilah Uskup Santo Pothinius wafat sebagai martir bersama dengan banyak kudus lainnya tahun 177.
Pada waktu itu, Ireneus sedang pergi ke Roma karena diminta oleh rekan-rekan imam untuk menyampaikan pesan penting kepada Sri Paus di Roma.
Pada waktu ia menjadi Uskup Lyons, masa penganiayaan telah berakhir tetapi muncul suatu bahaya lain, yaitu bidaah Gnostisisme. Ajaran sesat ini memikat sebagian orang dengan janji-janji untuk mengajarkan misteri-misteri rahasia.
Ireneus mempelajari dengan seksama segala hal mengenai ajaran sesat ini dan kemudian dalam lima jilid buku ia mendasarkan tulisannya pada Tradisi para Rasul dan membuktikan betapa keliru ajaran tersebut.
Ireneus menulis dengan santun, sebab ia ingin memenangkan sebanyak mungkin orang bagi Yesus.
Walau begitu, terkadang kata-katanya keras, seperti kala ia mengatakan, “Begitu orang terpikat oleh Gnostik, ia menjadi besar kepala oleh kesombongan dan merasa diri penting. Ia memiliki kebanggaan seekor ayam jantan yang berkoar-koar”.
Buku-buku Ireneus ini dibaca banyak orang. Segera saja ajaran sesat itu pun mulai musnah. Ireneus wafat sebagai martir sekitar tahun 202.
Pertanyaan refleksinya, bagaiamana perasaan Anda menjadi murid Kristus selama ini? Apakah Anda sudah lepas bebas dan totalitas dalam mengikuti Dia?
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Merto Spiritual Rest Area)# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)