Hari Raya Maria Diangkat ke Surga
Bacaan : Lukas 1:39-56
“Elisabet berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk 1:42)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM penggalan sebuah puisi tentang ungkapan hati seorang ibu yang anaknya menjadi imam, di sana ada dua bait yang menyentuh hati saya. Berikut ini kutipannya:
“Saat aku sakit nanti, aku tahu,
kau tak selalu akan hadir,
walau aku ingin kau hadir.
Saat aku dalam kesendirian di uzur usiaku,
aku sadar bahwa kau tiada waktu temani aku,
biar aku amat rindu dan berharap.
Sungguh, pada saatnya tiba,
akan terasa begitu indah, damai dan bahagianya,
bila aku menutup mata diiringi berkat dan olesan minyak kudus,
dari tangan kudus putera kesayanganku.
Saat ini setiap lidah di surga dan di bumi berseru kepadamu :
“Berbahagialah rahim yang telah mengandung engkau” – dan –
“Bergembiralah dia yang dari benihnya, engkau dibentuk.”
Jikalau berkenan, aku memohon, anakku :
“Jangan biarkan rahim ini menjadi malu dan
benih ini tak mampu tegakkan wajah,
di hadapan wajah-wajah surga dan bumi.”
Ya, RAHIM. Merenungkan bacaan Injil pada Hari Raya Maria Diangkat ke Surga hari ini, ada satu kata yang ingin saya renungkan, yakni rahim. Yang mempunyai rahim hanya wanita. Kami para lelaki tidak punya. Berbahagialah Anda yang dianugerahi rahim oleh Tuhan. Saat Maria mengunjungi Elisabet saudarinya di pegunungan Yehuda, ia menyapa Elisabet dengan penuh kasih. Berkat sapaan Maria itu, Elisabat bergembira. Demikian juga janin yang di dalam rahim Elisabet pun melonjak kegirangan. Dari sapaan itulah, Elisabet memuji Maria, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”.
Hari ini Gereja merayakan Hari Santa Perawan Maria diangkat ke surga (Maria Asssumpta). Seharusnya dirayakan tanggal 15 Agustus, tetapi pada tahun ini dirayakan tanggal 13 Agustus saat hari Minggu (bukan karena ngepasi saya ulang tahun lho…hehehe…), agar semakin banyak umat beriman bisa merayakannya dalam misa di gereja. Bunda Maria dikenal sebagai seorang wanita yang hebat, seorang ibu yang luar biasa, dan seorang janda yang tangguh. Ketika Yusuf meninggal dunia, Bunda Maria harus mendidik dan membesarkan Yesus dengan penuh kasih dan menemani putranya sampai di kayu salib di puncak Golgota. Bahkan Bunda Maria memangku jenasah putra terkasihnya (patung pieta). Tidak diketahui kapan Yusuf meninggal. Para ahli menduga Yusuf sudah meninggal sebelum peristiwa perjamuan nikah di Kana, di mana Yesus membuat mukjijat pertama kali, mengubah air menjadi anggur.
Bunda Maria memiliki peranan yang istimewa dalam karya keselamatan Allah. Ia menjadi teladan orang beriman bagaimana menanggapi dan menghidupi kehendak dan panggilan Allah. Semangat atau spiritualitas hidupnya adalah: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Bacaan Injil pada perayaan hari ini (Luk 1:39-56) memuat dua bagian, yakni: kisah Maria mengunjungi Elisabet (ay. 39-45) dan Kidung Pujian “Magnificat” (ay. 46-55). Lonjakan sang bayi menjadi perlambang kegembiraan sang bayi sekaligus sikap hormat sang bayi pada Maria ibu Yesus. Selain itu, Elisabet pun kepenuhan Roh Kudus dan menjawab Maria dengan seruan penuh pujian: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Ada tiga makna dari ungkapan sambutan Elisabet. Yang pertama, Maria disebut sebagai wanita yang diberkati karena terpuji di antara segala wanita. Dialah satu-satunya wanita yang dipilih untuk mengandung Anak Allah, atau yang Kudus dari Allah. Yang kedua, diberkatilah juga buah rahimnya, yaitu Yesus. Yang ketiga, Maria disebut bahagia oleh Elisabet karena ia telah percaya akan kebenaran sabda Tuhan.
Kita mengenal ada sebuah pepatah yang mengatakan: “Ada dua yang selalu mengikuti manusia ke manapun dia pergi, yaitu Mata Allah dan hati ibunya.” Pepatah itu dapat kita sesuaikan dengan peran Bunda Maria dalam karya keselamatan Allah bagi kita manusia, dengan sedikit mengubahnya: “Ada dua yang mengikuti manusia ke manapun dia pergi, yaitu mata Allah dan hati Bunda Maria.”
Pertanyaan refleksinya: Apakah Anda bangga dan bersyukur dengan ibu yang telah melahirkan, mendidik, dan membesarkanmu? Sejauh mana Bunda Maria berperanan dalam hidup berimanmu? Selamat merenungkan. Dan selamat berpesta pelindung bagi Anda dan Gereja/Paroki di bawah naungan kasih Bunda Maria Assumpta.
Ke pasar membeli sambel terasi
Memasak sayur spesial untuk pesta
Maria Bunda pembawa inspirasi
Dulu, kini dan selama-lamanya.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)