Percik Katekese: Mendoakan Arwah di Api Penyucian

1
901 views

SUATU kali ada seorang ibu yang bercerita kepada saya tentang pengalamannya mengikuti Ekaristi hari Minggu di gereja parokinya di Semarang. Saat perayaan Ekaristi, ibu tersebut dapat melihat roh atau jiwa ayahnya yang sudah meninggal dunia berada di dalam gereja itu. Jiwa ayahnya ikut Ekaristi pada hari itu. 

Ayahnya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Beliau dimakamkan di Solo. Beliau tidak beragama Katolik. Lalu ibu tersebut berkomunikasi dengan jiwa ayahnya itu dalam Bahasa Jawa, “Bapak kok berada di gereja sini? Bukankah bapak tidak beragama Katolik?” 

Lalu ayahnya menjawab, “Iya, ndhuk. Bapak senang di gereja karena jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal dunia didoakan oleh imam dalam Ekaristi”.

Mendoakan Arwah dalam Misa

Betul sekali apa yang dikatakan jiwa bapak tersebut. Dalam Gereja Katolik ada tradisi mendoakan jiwa-jiwa atau arwah orang-orang yang sudah meninggal dunia. Para imam selalu mendoakan jiwa-jiwa itu dalam Doa Syukur Agung. Tidak memandang agamanya apa, semua jiwa orang beriman didoakan dan dimohonkan belaskasih Allah. 

Dalam Doa Syukur Agung ke-2, misalnya, para imam berdoa demikian, “Ingatlah juga akan saudara-saudari kami, yang telah meninggal dengan harapan akan bangkit, dan akan semua orang yang telah berpulang dalam kerahiman-Mu, dan terimalah mereka dalam cahaya wajah-Mu”.

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), dinyatakan bahwa Misa Kudus melampaui ruang dan waktu, mempersatukan segenap umat beriman di surga, di bumi dan di api penyucian dalam Komuni Kudus, dan Ekaristi Kudus sendiri mempererat persatuan kita dengan Kristus, menghapus dosa-dosa ringan serta melindungi kita dari dosa berat di masa mendatang (bdk. KGK, no. 1391-1396).

Maka, mempersembahkan Misa dan doa-doa demi umat beriman yang telah meninggal dunia merupakan tindakan yang kudus serta terpuji.

Praktek ini bukanlah praktek baru. Katekismus Gereja Katolik menegaskan, “Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan” (KGK, no. 1032).

Kesaksian para Bapa Gereja juga mendukung keyakinan ini. Santo Sirilus dari Yerusalem (+ 386) mengajarkan bagaimana pada saat Misa, baik mereka yang hidup maupun yang telah meninggal dunia dikenang, dan bagaimana Kurban Ekaristi Yesus Kristus mendatangkan rahmat bagi orang-orang berdosa, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal.

Mungkin ada orang yang bertanya, “Bagaimana jika jiwa orang yang kita doakan telah dimurnikan sepenuhnya dan telah pergi ke surga? Apakah doa-doa kita akan sia-sia?” Kita yang di dunia tidak mengetahui pengadilan Tuhan. Selalu baik adanya mengenangkan saudara-saudara yang telah meninggal serta mempersembahkan mereka kepada Tuhan melalui doa dan kurban. 

Namun demikian, jika sungguh jiwa yang kita doakan itu telah dimurnikan dan sekarang beristirahat di hadirat Tuhan di surga, maka doa-doa dan kurban yang kita persembahkan, melalui kasih dan kerahiman Tuhan, akan berguna bagi jiwa-jiwa lain di api penyucian.

Sumbangan Biara Cluny

Bulan November sering disebut sebagai bulan Arwah. Memang selama bulan November banyak orang yang berziarah ke makam dan mendoakan saudara-saudari yang sudah meninggal secara khusus.

Bahkan pada tanggal 2 November Gereja selalu merayakan Misa Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Gereja tidak hanya berdoa untuk umatnya yang masih hidup di dunia, tetapi juga berdoa untuk umatnya yang sudah meninggal dunia. Gereja dipanggil untuk mempersembahkan kurban Ekaristi bagi umatnya yang semasa hidup mengimani Kristus.

Mengapa Peringatan Arwah Semua Orang Beriman dirayakan tanggal 2 November? Hal ini terkait dengan sejarahnya di Biara Cluny. Abbot (kepala biara) St. Odilo dari Cluny pada tahun 1048 mengeluarkan dekrit kepada semua biara kongregasi di Cluny untuk merayakan tanggal 2 November sebagai “hari para arwah” (omnium defunctorum). 

Setelah Ibadat sore tanggal 1 November, bel dibunyikan dan doa ofisi untuk para arwah didaraskan. Keesokan harinya, imam merayakan Misa Kudus untuk jiwa-jiwa di Api Penyucian ini.

Tradisi biara Benediktin di Cluny ini segera menyebar ke biara-biara Benediktin lainnya, lalu diadopsi para imam Kartusian. Kemudian Paus Sylvester II pad tahun 1003 menyetujuinya dan merekomendasikannya.

Tanggal 2 November ini dipilih supaya peringatan para arwah tersebut bisa dilaksanakan berurutan, yakni 1 November untuk Hari Semua orang kudus yang sudah di Surga (Gereja Jaya atau Church Triumphant), dan 2 November bagi para arwah di Api Penyucian (Gereja Menderita atau Church Penitent). Dengan demikian, hal ini mengungkapkan iman Gereja Katolik akan persekutuan para kudus (communio sanctorum).

Dengan misa arwah, kita hendak memuji dan bersyukur kepada Allah atas anugerah kehidupan ini. Melalui Ekaristi Gereja memohon cinta dan belas kasih Allah, serta pengampunan dosa bagi yang meninggal. Pada perayaan Ekaristi itu seluruh umat kristiani menegaskan dan mengungkapkan kesatuan Gereja di dunia dengan Gereja di surga yang berhimpun dalam persekutuan para kudus. Itulah yang dikenal dengan persekutuan dengan semua orang kudus. 

Cara Mendapat Indulgensi

Pada Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman itu, Gereja mengajarkan bahwa setiap orang Kristiani dapat memperoleh indulgensi penuh bagi orang yang sudah meninggal. Caranya dengan mengunjungi makam dan/atau mendoakan arwah orang yang meninggal pada tanggal 1-8 November.

Indulgensi (Latin: indulgentia= kemurahan) adalah harta pusaka surgawi yang istimewa yang dianugerahkan Gereja kepada kita untuk melunasi hutang dosa kita kepada Tuhan serta untuk memulihkan luka-luka jiwa kita yang diakibatkan oleh dosa.

Gereja meyakini bahwa belum semua orang beriman yang meninggal langsung masuk ke dalam kemuliaan Allah di surga. Masih ada api penyucian (purgatorium). Apa itu api penyucian?

Dalam Katekismus dinyatakan, “Api penyucian ialah keadaan mereka yang mati dalam persahabatan dengan Allah, ada kepastian akan keselamatan kekal mereka, tetapi masih membutuhkan pemurnian untuk masuk ke dalam kebahagiaan surga” (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, no. 210).

Orang yang masuk ke api penyucian pasti masuk surga. Hanya saja mereka masih harus disucikan, dibersihkan dan dimurnikan. Bagaimana kita bisa membantu jiwa-jiwa yang sedang dimurnikan di api penyucian? 

Gereja mengajarkan, “Karena ada persekutuan para kudus, kaum beriman yang masih berjuang di dunia ini dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian dengan mempersembahkan doa-doa untuk mereka, khususnya kurban Ekaristi. Mereka juga dapat membantu mereka dengan beramal, indulgensi, laku tapa, dan tobat” (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, no. 211).

Dasar Biblis Praksis Mendoakan Arwah

Dasar biblis terkait dengan Gereja mendoakan arwah dapat ditemukan dalam teks 2 Mak 12:38-45, khususnya ayat 42 dan 45. “Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (2 Mak 12:45). Ini sebagai dasar utama. 

Santo Paulus menulis dalam surat 2 Tim 1:16-18. Teks ini berbicara dengan pengandaian bahwa Onesiforus sudah meninggal, sehingga keluarganya perlu dihibur. Paulus sendiri mendoakan Onesiforus: “Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya.”

Doa Paulus ini menunjukkan bahwa Onesiforus sudah meninggal dan memohonkan rahmat Tuhan pada hari terakhir kelak. Penafsiran ini diteguhkan oleh 2 Tim 4:19, yaitu salam kepada seluruh keluarga Onesiforus tanpa menyebutkan salam untuk Onesiforus. Ini merupakan contoh yang gamblang tentang doa untuk orang yang sudah meninggal.

Gereja meyakini bahwa Persekutuan Orang Kudus tidak terputuskan oleh maut (Bdk. Rom 8:38-39). Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu: Gereja yang masih mengembara di dunia, Gereja yang sudah jaya-mulia di surga, dan Gereja yang masih dimurnikan di Api Penyucian.

Kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus sudah selayaknya saling tolong-menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2), di mana yang kuat menolong yang lemah (Rom 15:1). Jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, kita yang masih hidup perlu mendoakan mereka. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

1 COMMENT

  1. Maaf Romo Yohanes Gunawan PR yth, perkenankan saya bertanya.
    Bukankah hanya Rahmat Tuhan saja yang dapat membersihkan dosa baik kepada manusia maupun kepada roh orang mati. Namun pemberian rahmat ini masih bersyarat, menurut Yesus Kristus adalah bahwa manusia harus memberikan maaf kepada manusia lainnya. Tanpa memaafkan orang lain ini, Menurut Yesus Kristus Rahmat Tuhan tidak dapat diberikan kepada manusia yang berdosa.
    padahal roh orang mati yang ada di purgatory masih harus kembali ke Dunia untuk menjadi manusia dan dapat meminta maaf itu. Sedangkan Katolik tidak mengenal reincarnation. Lalu inilah yang membingungkan saya sebagai penganut Ajaran Katolik untuk memuliakan Tuhan (lihat Paus Frannsiskus).
    Apakah saya keliru untuk menafsirkan bahwa roh yang ada di purgatory akan tetap di Purgatory sampai Yesus Kristus kembali ke Dunia pada Hari Pembalasan. bahkan roh do purgatory akan bernasib sama dengan roh yang dineraka untuk dibinasakan. Mohon dibantu pencerahan Romo Yohanes Gunawan PR. Salam damai Yesus Kristus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here