Senin, 27 Maret 2023
- Dan. 13:1-9,15-17,19-30,33-62 (panjang) atau Dan. 13:41c-62 (singkat);
- Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6;
- Yoh. 8:1-11.
TIDAK ada manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan dan dosa.
Suatu ketika saya berbincang-bincang dengan seorang kawan. Ia menceritakan betapa orang-orang memandangnya sangat baik. Ia sangat dihormati dan seringkali dimintai pendapat.
Padahal ia menyadari bahwa ia pun tidak luput dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang mungkin merupakan aib baginya.
“Sesungguhnya, jika mereka tahu semua aib-aib tersebut, niscaya mereka akan membenciku dan merendahkanku,” katanya.
Lalu kemudian ia bertanya kepada saya, apakah sebenarnya kita baik karena kita telah berbuat baik, ataukah karena Allah, sampai detik ini masih menutupi aib-aib kita?
Pertanyaan itu menyentak saya, karena ketika dia bicara dengan jujur tentang sesuatu yang tersembunyi itu pikiran saya pun mengamininya.
Karena saya pun mungkin dalam kondisi yang sama.
Banyak hal yang salah dan keliru yang telah saya lakukan dan mungkin sampai saat ini masih saya kerjakan, seuatu yang akan membuat orang lain bisa berubah pandangan terhadap saya.
Allah masih memberi kesempatan saya untuk bertobat, dan tidak memberikan hukuman.
Allah menyelimuti diri saya dengan mantol kasih yang penuh keindahan.
Saya sepatutnya bersyukur, karena sampai detik ini Allah masih menutupi seluruh kesalahan-kesalahan saya dari orang-orang.
Akan sangat mudah bagi Allah untuk membongkar segala aib yang kita miliki, jika Allah berkehendak.
Lalu akan sangat mudah bagi Allah membalikkan posisi seseorang yang awalnya dipuja-puja, akan tetapi karena aib tersebut ia pun menjadi orang yang direndahkan dan dihinakan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Banyak orang dengan mudah menuduh dan menyalahkan orang lain.
Ketika orang lain didapati salah semua telunjuk terarah pada dia, dan semua orang merasa paling benar dan paling bersih, paling suci.
Tetapi Yesus menunjukkan reaksi berbeda, Ia menunjukkan belas kasihan-Nya.
Dengan hikmat-Nya, Yesus membuat para penuduh perempuan yang kedapatan berzinah tu bungkam.
Dan Yesus memandang kepada perempuan itu serta berkata, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.”
Dosa memang selalu memberikan konsekuensi buruk bagi hidup kita.
Kita menutup diri, menyembunyikan diri agar terhindar dari tuduhan-tuduhan orang.
Namun seburuk apa pun dosa telah mempermalukan kita, Yesus dengan anugerah-Nya tetap menerima kita.
Ia tidak menuduh atau menuntut kita dihukum, sebaliknya menyediakan pengampunan.
Bahkan di saat-saat yang paling memalukan dari kegagalan kita, Ia tetap mengasihi kita
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau datang mengakui dosa dan kesalahanku?