“Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.” (Keb 2, 12)
BEBERAPA waktu yang lalu, seorang pengendara sepeda menghadang konvoi motor gedhe di Yogyakarta. Peristiwa ini menjadi bahan berita dan diskusi yang menarik serta menimbulkan banyak komentar.
Hari-hari ini suasana politik Jakarta juga heboh, setelah Ahok memutuskan diri maju ke pilkada lewat jalur independen. Banyak pihak, baik pribadi, kelompok atau parpol, berusaha menghadang dan menggagalkan dirinya. Peristiwa ini rupanya masih akan menjadi berita menarik untuk hari-hari depan.
Menghadang dan dihadang adalah suatu pengalaman yang sering terjadi. Banyak orang pernah dihadang oleh orang lain, pada saat mereka sedang dalam perjalanan menuju ke suatu tempat; atau pada saat mereka berusaha mewujudkan cita-cita, memulai suatu usaha, memperjuangkan dan mengemban amanat rakyat.
Ada orang yang dihadang agar tidak naik jabatan atau golongan; agar gagasan atau usulan mereka tidak disetujui. Ada juga orang atau kelompok orang yang menghadang orang lain, seperti perampok, begal, atau masyarakat lain. Orang tua menghadang anak; siswa menghadang temannya; karyawan atau pekerja menghadang rekannya. Kadangkala orang menghadang orang lain dengan maksud yang tidak baik atau didasarkan pada kepentingan diri.
Mereka berusaha memaksakan rencana, gagasan dan kehendaknya. Mereka juga berusaha untuk menyadarkan orang atau kelompok agar mereka meninjau kembali sikap, kata-kata atau perilakunya yang tidak benar atau tidak baik. Orang menghadang orang lain dengan maksud, tujuan, dan motivasi baik atau tidak baik.
Dalam peristiwa apa aku pernah dihadang atau menghadang orang lain? Apa latar belakang, tujuan dan motivasinya? Teman-teman selamat siang dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)