Selasa, 16 November 2021
2Mak. 6:18-31;.
Mzm. 3:2-7.
Luk. 19:1-10
PEPATAH tak kenal, maka tak sayang adalah istilah yang sangat sering sekali digunakan pada percakapan sehari-hari. Ini untuk menyatakan, apabila kita tidak mengenal seseorang, maka kita tidak memiliki perhatian kepada orang tersebut.
Kita bisa saja salah menilai seseorang, jika kita belum pernah bertemu.
Perjumpaan secara langsung apalagi jika bisa tinggal bersamanya akan memberi gambaran yang lebih lengkap dan lebih jelas tentang pribadi orang lain itu.
“Saya sangat kaget, setelah tinggal bersamamu,” kata seorang imam pada temannya.
“Ternyata kamu sangat berbeda dengan gambaran dari cerita yang pernah saya dengar tentangmu,” lanjutnya.
“Yang aku dengar sangat berbeda sekali dari apa yang aku lihat dan aku alami bersamamu,” ujarnya.
“Maaf ya, orang bilang kamu tidak bertanggungjawab, pemboros, dan suka jalan sendiri, ternyata berbeda sekali,” ujarnya lagi.
“Saya belajar bertanggungjawab, tidak boros dan hidup tertib darimu, karena tinggal bersamamu,” kata temannya itu sambil tertawa.
“Tidak mungkin dalam satu tahun kamu bisa berubah total,” sahut romo itu.
“Yang pasti kamu tidak seperti yang mereka katakan,” lanjutnya.
“Mungkin pada suatu saat, ketika saya bersama mereka muncul sikap saya yang kurang bertanggungjawab, pemboros dan mengambil jalan sendiri,” jawab teman itu dengan senyum.
“Hanya saja, mengapa cerita tentangmu yang negatif lebih banyak yang tersebar daripada semua kebaikanmu,” sahut romo itu.
“Karena memang saya masih harus berjuang menjadi lebih baik,” jawab teman itu.
“Orang bisa keliru sekali, jika hanya karena omongan orang lain lalu dijadikan pegangan dalam berelasi,” sahut romo itu.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.
“Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
Zakheus belum pernah berjumpa dengan Yesus. Dengan segela saya upaya termasuk mengatasi kekurangnya, termasuk kekurangan fisiknya, badannya pendek.
Dia mau melihat Yesus. Dia mau bertemu Yesus.
Ketika Yesus melihat usaha dan niat hati Zakheus, Tuhan menghargai usahanya dan menyambut baik harapan Zakheus, hingga Tuhan mau singgah ke rumah Zakheus.
Perjumpaan dengan Tuhan Yesus telah menjadi titik balik mengubah segalanya tentang dirinya.
Zakheus yang dulunya jauh sekarang telah hidup dalam keselamatan Tuhan.
Zakheus lalu bertobat menjadi orang yang baik dan mau hidup benar. Dia mau mengembalikan yang bukan menjadi haknya, dan kemudian menjadi pengikut Yesus.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mempunyai pengalaman hidup yang mengubah diriku menjadi lebih baik?