“Maka kata tuannya kepadanya, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hamba yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil! Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25,21)
BEBERAPA waktu yang lalu ada Kebaktian Kebangunan Rohani Natal di Gedung Sabuga, Bandung. Acara itu tengah berlangsung, ketika sekelompok orang datang dan membubarkannya. Mereka bukan aparat pemerintah. Peristiwa tersebut rupanya menjadi berita menarik bagi media masa dan berita tersebut dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru. Banyak orang memberikan komentar, respon dan tanggapan yang berbeda-beda. Seorang pemimpin masyarakat juga memberikan tanggapan; beliau mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan perkara kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan.
Tanggapan ini kontan juga memunculkan tanggapan lain yang menyiratkan rasa kecewa, bagaimana mungkin seorang pemimpin masyarakat mengatakan bahwa peristiwa tersebut, yang sarat dengan nuansa sikap intoleran, merupakan perkara kecil. Banyak orang rupanya memang mempunyai pendapat dan wawasan yang berbeda-beda terhadap sebuah peristiwa yang terjadi. Sebuah peristiwa bisa dilihat sebagai sebuah perkara kecil untuk seseorang, tetapi juga bisa dilihat sebagai perkara besar oleh orang lain. Banyak orang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda.
Perkara kecil sebenarnya tidak hanya terbatas pada sebuah kebaktian atau kegiatan keagamaan, tetapi juga berlaku untuk peristiwa atau hal lainnya. Banyak orang sering dihadapkan pada berbagai macam perkara kecil atau hal-hal kecil, namun mengakibatkan kerugian besar. Karena salah menulis nama, ijasah S3 seseorang tidak diakui; karena terpeleset kulit pisang yang kecil, orang menderita sakit beberapa hari; karena hak sepatu terlalu tinggi, orang bisa keseleo dan tidak dapat bekerja; karena sebuah kerikil kecil, seseorang terjerembab di jalan dan luka; karena lupa sikat gigi, banyak orang ambil jarak dan menjauh dari bau busuk; karena terlambat lima menit masuk sekolah, seorang siswa mendapat hukuman; karena beberapa lembar nota hilang, laporan keuangan tidak diterima dan sebuah lembaga mendapatkan sangsi; karena lupa mematikan kompor, dapur dan perabotan hampir musnah terbakar.
Banyak perkara kecil sering terjadi dan dialami banyak orang. Perkara-perkara kecil sering kali tidak begitu diperhatikan atau cenderung disepelekan. Banyak orang sering tidak teliti dengan hal-hal kecil dan tidak setia untuk memperhatikan atau mengelolanya. Banyak orang sering meremehkan hal-hal yang kecil dan lebih senang untuk memberi perhatian terhadap hal-hal besar yang lebih menarik dan memberikan keuntungan; tidak setia pada pekerjaan atau usaha yang kecil.
Sang Guru mengajarkan bahwa orang yang bisa setia, tekun dan teliti dalam perkara atau hal yang kecil, orang itu juga akan setia, tekun dan teliti dalam perkara atau hal yang besar; mereka yang bisa bertanggung jawab dalam perkara kecil, juga akan bertanggung jawab dalam perkara besar. Sebaliknya, kalau orang tidak bisa dipercaya dalam perkara atau hal yang kecil, bagaimana mungkin perkara atau hal-hal yang besar akan dipercayakan kepada mereka?
Pribadi macam apakah diriku ini: apakah termasuk orang yang setia, tekun dan teliti terhadap perkara atau hal-hal kecil yang aku hadapi? Atau pribadi yang meremehkan dan menyepelekan perkara kecil? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)