“Maka berkatalah Abram kepada Lot, ‘Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, antara para gembalaku dan gembalamu, sebab kita ini kerabat.’” (Kej 13,8)
BEBERAPA waktu yang lalu terjadi kasus perkelahian antara saudara di Surabaya, yakni antara Ag dan Sb. Mereka berdua adalah kakak dan adik. Dalam perkelahian itu, Sb akhirnya meninggal, karena dihantam talenan (alas untuk memotong bumbu masak) oleh Ag. Sb mengalami luka-luka di bagian leher, wajah, kening dan kepala. Perkelahian itu rupanya berkaitan dengan masalah rumah, yang diperebutkan dua pihak.
Perkelahian antar saudara rupanya sering terjadi, baik pada jaman ini maupun pada jaman dahulu. Gembala Abram dan gembala Lot pun pernah berkelahi satu dengan yang lain. Dan perkelahian semacam ini tentu bisa terjadi juga di banyak tempat lain; bahkan bisa terjadi di dalam keluarga kita.
Apa yang menjadi sumber perkelahian nampaknya hampir sama, yakni masalah harta benda atau materi. Gembala Abram dan Lot berkelahi, karena mereka rebutan tanah atau lahan. Harta milik Abram dan Lot amat banyak, khususnya hewan dan ternak serta harta lainnya. Memereka memerlukan lahan untuk menggembalakan hewan dan ternak; lahan untuk menyimpan atau menaruh harta milik mereka yang banyak. Perkelahian di Surabaya juga berkaitan dengan masalah harta, yakni sebuah rumah.
Banyak orang ingin mempunyai harta. Mereka berusaha dan berjuang keras untuk mengumpulkannya. Banyak orang memang begitu bergelimang hidupnya dengan hartanya yang banyak, sehingga apa yang diinginkan nampaknya bisa terwujud. Harta benda bisa membuat banyak orang senang dan bergembira. Berbagai macam fasilitas hidup bisa dimiliki dan dinikmati.
Namun demikian, harta yang banyak juga bisa membuat orang jadi sombong dan tinggi hati; merasa diri lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain; merasa berkuasa dan bisa mengatur atau mempengaruhi orang lain; bisa menjadi semakin rakus dan tamak dalam mencari dan mengumpulkannya; bisa menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkannya, bahkan juga dengan menggunakankekerasan. Harga diri manusia seolah ditentukan oleh harta benda yang dimiliki.
Harta benda rupanya tidak hanya mendatangkan rasa senang dan gembira; juga tidak hanya menimbulkan sikap dan perilaku yang negatif. Harta benda juga bisa mendatangkan kesulitan dan masalah bagi banyak orang. Mereka harus berpikir keras untuk menyimpan hartanya dan mencari cara untuk mengamankan hartanya, agar hartanya tidak dicuri atau diambil orang. Mereka akan gelisah, kawatir dan cemas, kalau tidak yakin bahwa hartanya aman. Dalam hal ini, harta bisa menjadi beban hidup atau tanggungan yang memberatkan seseorang.
Hal ini akan semakin menyulitkan lagi bagi orang yang akan masuk ke dalam kehidupan kekal, karena mereka harus masuk melalui pintu yang sempit dan jalan yang sesak. Tidak mungkin orang masuk lewat pintu sempit atau lewat jalan yang sesak dengan membawa sekian banyak harta bendanya. Yang dibutuhkan adalah sikap lepas bebas terhadap harta benda duniawi dan sikap rendah hati; juga dibutuhkan kesediaan untuk mengosongkan diri dari berbagai hal duniawi dan materi.
Sejauh mana saya mempunyai sikap yang tepat terhadap berbagai macam harta benda dan materi yang kumiliki? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)