Perpisahan karena Cinta

0
388 views
Ilustrasi - Beratnya perasaan saat harus berpisah. (Ist)

Kamis, 28 Maret 2024 – Hari Kamis Putih

  • Kel. 12:1-8,11-14.
  • Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18.
  • 1Kor. 11:23-26.
  • Yoh. 13:1-15.

KEBAHAGIAAN dan kesedihan dalam hidup ini akan datang silih berganti. Setiap hari kita bisa bertemu dengan orang-orang baru dan berpisah dengan orang lama. Terkadang tak semua pertemuan bisa memberi kebersamaan. Bahkan ada yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.

Perpisahan semacam takdir yang selalu ditemui semua insan manusia. Sedih memang berbicara tentang perpisahan, apalagi dengan orang tersayang. Entah dengan orang tua, kerabat, sahabat, rekan kerja maupun kekasih.

Namun setiap perpisahan dan kata selamat tinggal bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Bahkan terkadang dari perpisahan itu, kita mendapatkan banyak pelajaran.

“Meski berat saya melepaskan kekasihku,” kata seorang pemuda. “Karena perbedaan prinsip yang tidak lagi bisa kami jembatani, khususnya perbedaan agama yang kami peluk. Sebenarnya kami tidak mempermasalahkan keyakinan kami masing-masing namun kemudian orang tua kami sama-sama keras dan tidak merestui langkah kami.

Saya tahu ini bukan keputusan yang ideal ketika kami memilih berpisah karena kami sungguh saling mengasihi, hingga tidak mungkin jika karena cinta kami pasangan yang kami cintai harus menderita dan berpisah dengan orangtuanya.

Mencintai itu sebuah pilihan dan hanya dengan ketulusan cinta itu berani berkorban bagi orang yang cintai bahkan jika harus berpisah dengannya,” kata pemuda itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jawab Yesus kepadanya: Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.”

Tindakan pengurbanan cinta seringkali baru kita ketahui dan pahami setelah sekian lama berlalu. Tidak bisa diurai dan dijelaskan pada saat itu pengorbanan itu sedang dilakukan.

Pada saat perpisahan, Yesus dan para murid makan bersama dalam satu meja. Di momen ini, tak hanya menu jamuan yang jadi sorotan tetapi juga jelang makan bersama.

Yesus yang notabene seorang Guru dan Tuhan membasuh kaki para murid. Ia merendahkan diri, melayani para murid. Satu teladan yang Dia berikan adalah ajaran untuk melayani.

Akan tetapi yang tak kalah menakjubkan adalah semua murid mendapat jatah perlakuan serupa termasuk Yudas Iskariot. Yesus sudah tahu bahwa salah satu murid-Nya ini yang akan menyerahkan diri-Nya pada kayu salib.

Padahal, seandainya Yudas tidak turut makan bersama atau serta merta diusir dari ruangan, tentu skenario penangkapan hingga wafat Yesus di salib tidak akan terjadi.

Yesus pun tetap memberikan kasih buat semua murid, baik murid yang setia, murid yang agak bandel, murid yang penurut sampai murid yang bakal mengkhianati-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku memberikan kasih pada sesama seperti Yesus mengasihi umat-Nya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here