Puncta 23.09.21
PW. St. Padre Pio, Imam
Lukas 9: 7-9
SAYA pecinta Barcelona. Romo Pamungkas Pr ngefans Real Madrid. Kami sering bersaing seiring penampilan klub masing-masing.
Saling mengejek, jika klub lawan kalah menjadi bahan perbincangan yang tak ada habisnya.
Sebagai fans dia punya banyak aksesoris dan jersey Real Madrid. Ada topi, kaos, pin, tumbler, slayer, pokoknya semua yang berbau Real Madrid.
Mungkin ada juga jam berlogo Real Madrid.
Hanya anehnya, dia pernah main ke stadion Camp Nou markas Barcelona. Saya pernah menyinggahi Stadion Santiago Bernabeu di Madrid.
Persaingan kami ya hanya sebatas ejek-ejekan.
Sangat seru lagi kalau ada pertandingan El Clasico antara Madrid dan Barcelona. Jam dua dini hari pun dilakoni melotot di depan TV untuk mendukung club idolanya. Kami ingin cepat-cepat tahu bagaimana hasilnya dan bisa meledek satu sama lain.
Persaingan yang ketat di papan atas klasemen membuat kami saling intip siapa yang tergelincir.
Sayangnya periode kemarin, kami sama-sama tidak juara. Malah Atliteco Madrid yang memuncaki klasemen Laliga. Gigit jari deh….
Raja Herodes merasa cemas dengan kemunculan Yesus. Popularitasnya sebagai raja disaingi oleh penampilan Yesus yang dipuja-puji banyak orang.
Herodes merasa tersaingi. Banyak orang menceritakan tentang karya dan tindakan Yesus yang banyak membuat mukjizat.
Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis bangkit lagi. Ada yang berkata Elia muncul kembali. Yang lain lagi mengatakan bahwa seorang nabi zaman dahulu telah bangkit.
Herodes penasaran karena dia telah memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Tetapi kenapa orang ini melakukan perbuatan-perbuatan besar seperti para nabi.
Dihantui oleh rasa penasaran dan kecemasan, Herodes ingin bertemu dengan Yesus. bukan karena mau percaya, tetapi karena dia punya motif jahat untuk membinasakan Yesus.
Herodes tidak merasa tenang, nyaman dan damai karena ada pesaingnya.
Mungkin kita juga seperti Herodes, tidak suka disaingi. Pesaing dianggap sebagai musuh yang harus dilenyapkan. Selalu cari cara bagaimana menjatuhkannya.
Kita sering cemas, gelisah, “uring-uringan” melihat orang lain sukses, bahagia, juara di puncak klasemen.
Senang melihat orang lain gagal, jatuh atau kalah.
Jika suasana persaingan itu dipelihara, maka tidak akan ada ketentraman dan kedamaian dalam hati kita.
Kalau ada orang lain sukses, mari kita tiru dia. Kalau ada orang lain jatuh, mari kita bercermin. Karena kita juga pernah mengalami hal yang sama.
Hati-hatilah, seseorang yang begitu bernafsu untuk menghancurkan orang lain secara membabi-buta, justru akhirnya malah bisa menghancurkan diri sendiri.
Naik pesawat terbang ke Italy.
Diberi selimut biru oleh pramugari.
Jangan pelihara rasa iri dengki.
Kita hanya akan selalu frustrasi.
Cawas, selalu happy happy…