Rabu, 2 Februari 2022
Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
- Mal.3:1-4
- Ibr. 2:14-18
- Mzm: 24:7.8.9.10
- Luk. 2:22-40
SEBUAH bentuk kemurahan hati adalah berderma. Semakin kita murah hati, maka semakin kita menerima berkat dari Tuhan.
Satu di antara bentuk pengungkapan syukur kita kepada Tuhan Allah yang adalah sumber segala berkat, yaitu memberi persembahan.
Ketika kita memberi persembahan, maka pemberian itu harus dilandasi dengan ketulusan dan kejujuran.
Dengan memahami bahwa kita memberi persembahan, sebagai wujud syukur dan sukacita, kita atas kasih, anugerah dan berkat Tuhan yang sudah Dia berikan di dalam hidup kita.
Ini menunjukkan bahwa kita tidak melupakan Tuhan sebagai pemberi berkat.
“Saya sudah punya niat berbagi berkat untuk misi, dari hasil keuntungan yang kami peroleh setiap bulan,” kata seorang bapak.
“Saya percayakan kepada Romo untuk menyalurkan bagi kebutuhan misi, mewartakan Kerajaan Allah yang dijalankan di tempat-tempat yang terpencil dan jauh,” lanjutnya.
“Itu semua saya lalukan dengan tulus hati,” katanya lagi.
“Apakah bapak tidak takut, jika uang donasi untuk misi ini tidak sampai ke tujuan?” tanya romo itu.
“Saya percaya itu tidak akan terjadi, tetapi jika terjadi pun saya yakin itu tanggungjawab Romo kepada Tuhan Sang Pemilik karya misi,” jawabnya.
“Saya memberikan dengan tulus hati, karena saya melihat melalui karya para misionaris cahaya keselamatan ditampilkan dan di wartakan kepada orang-orang yang terpencil, sakit, miskin dan terpinggirkan,” jawabnya lagi.
“Dalam perjalanan dan perjuangan hidup ini, tidak sedikit kasih sayang Tuhan, kebaikan Tuhan, kemurahan-Nya dan anugerah-Nya saya terima dan alami. Sehingga sangatlah beralasan apabila saya terpanggil untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan,” lanjutnya dengan mantap.
“Maka ketika saya memberi persembahan, itu bukanlah beban, melainkan wujud tanggung jawab iman saya kepada Allah, karena Dialah yang telah mencurahkan berkat lewat usaha, kerja bahkan pelayanan saya. Sehingga yang terbaiklah yang harus persembahkan,” katanya lagi.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengarkan:
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan.
Seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,
dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”
Mempersembahkan anak kepada Tuhan, berarti mengakui bahwa Tuhan itu pemilik kehidupan dan pemberi kesuburan.
Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah mestinya menyadarkan kita akan anugerah kehidupan yang lebih besar lagi, yakni panggilan kita menjadi pengikut Kriatus.
Kita telah menjadi seperti sekarang ini, dengan kelemahan dan kelebihan kita di jalan keselamatan karena Yesus.
Dia anugerah yang paling besar yang diberikan Allah kepada kita.
Bersama Simeon ketika ia menemukan Kristus di Bait Allah, marilah kita berseru, “Mataku telah melihat keselamatan yang berasal dari-Mu,”
Bagaimana dengan diriku?