Pertemuan Nasional AIC 2023, Kharisma Vinsensian sebagai Dasar Melibatkan, Mendidik, dan Mengubah

0
428 views
Foto bersama seluruh anggota AIC seluruh Indonesia saat misa pembukaan pertemuan nasional di Rumah Retret Bintang Kejora di Pacet, Mojokerto, Jatim. (AIC Surabaya)

INTERNATIONAL Association of Charities atau dalam istilah Indonesia disebut Asosiasi Ibu-ibu Cinta Kasih (AIC) mengadakan pertemuan nasional di Rumah Retret Bintang Kejora, Pacet, Mojokerto, Jatim, Jumat-Minggu, 19-21 Mei 2023. Pertemuan nasional ini dihadiri oleh 102 orang anggota dari seluruh Indonesia.

AIC Unit Surabaya bertindak selaku tuan rumah pada pertemuan nasional kali ini; sempat tertunda tiga tahun karena pandemi COVID-19.

“Melibatkan, Mendidik dan Mengubah Sesuai Kharisma Vinsensian” merupakan tema yang diangkat pada pertemuan nasional tahun ini. Pertemuan tahunan ini juga menjadi sarana untuk memperdalam spiritualitas, menggali ide untuk bergerak bersama, serta mempertajam aksi bagi orang miskin.

“Proses yang berkelanjutan diharapkan mampu membawa kemajuan dan perkembangan ke arah yang lebih baik bagi orang miskin. Kehadiran AIC tanpa pamrih dalam ambil bagian secara aktif  untuk berjuang bersama melawan kemiskinan tanpa diskriminasi,” ujar Romo Antonius Sad Budianto CM, pembimbing rohani AIC.

Romo Sad Budianto CM juga memberi peneguhan kepada seluruh peserta yang hadir. Diharapkan  agar masing-masing peserta sungguh melibatkan orang miskin dalam pelayanan, serta berproses bersama orang miskin untuk mendidik dan mengubah cara berpikir serta karakter orang miskin.

“Sekalipun terbatas mereka pasti masih mampu berkontribusi,” imbuhnya.

Romo Antonius Sad Budianto CM, pembimbing rohani dan Penasihat Dewan Nasional AIC, saat menyampaikan homili pada misa penutupan pertemuan nasional AIC (AIC Surabaya)

Bantuan soft skills

Selama ini, AIC telah memberikan bantuan kreatif berupa serangkaian pelatihan, pembinaan kemandirian dalam ekonomi, serta bimbingan belajar.

Bantuan ini diharapkan mampu mengubah orang miskin untuk keluar dari kemiskinan yang dialaminya, dan menjadikan orang miskin memiliki cita-cita dan harapan.

“Orang miskin yang kita layani diantaranya orang lanjut usia (lansia) yang terlantar dan kesepian, para migran, keluarga miskin tanpa daya, orang muda tanpa arah, bahkan remaja yang telah menjadi orang tua tunggal,” kata Romo Sad Budianto.

Kerasulan kehadiran

“Kegiatan sosial yang dilakukan AIC bukan sekedar menyalurkan bantuan sembako. Namun sebuah proses kehadiran yang mampu mengangkat martabat orang miskin,” tambahnya.

Pada pertemuan ini juga dipresentasikan berbagai proyek yang dilakukan di setiap unit AIC, sekaligus berdiskusi mengenai kendala yang dihadapi di tempat masing-masing.

Beberapa kegiatan AIC di daerah menjadi contoh yang dapat menginspirasi daerah lain untuk melakukan karya serupa, atau karya lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat miskin yang akan dibantu. Seperti AIC Unit Tulungagung yang telah membangun rumah layak huni di Perkampungan Pemulung Barak Bhakti.

Berawal dari rumah kardus kini, AIC Unit Tulungagung mampu mengubahnya menjadi rumah bata yang sehat dan layak huni. Selain itu, juga dilakukan pendampingan belajar, serta menyediakan diri sebagai orang ua asuh bagi anak-anak pemulung.

“Selama tiga tahun pandemi, ruang belajar yang telah dibangun mengalami beberapa kerusakan seperti bocor, lemari buku rusak, dan penerangan yang mati.

Untuk memulai kembali pendampingan belajar di masa new normal ini, telah dilakukan perbaikan tempat belajar dan mencarikan guru baru sebagai pedamping. Ini karena relawan yang mengajar sebelum pandemi telah mengundurkan diri,” tutur Joyce, Ketua AIC Unit Tulungagung.

Pelantikan anggota AIC baru saat misa penutupan pertemuan nasional (AIC Surabaya)

Sidang AIC Internasional 2023 di Roma 21-24 Maret 2023

Hasil Sidang AIC Internasional 2023 di Roma, Italia, 21-24 Maret 2023, menjadi salah satu agenda yang dipaparkan pada pertemuan nasional di Pacet, Mojokerto.

Dua orang perwakilan AIC Indonesia yang diutus pada sidang AIC internasional, yaitu Sr. Nathalia, PK dan Lucia Hendriati. Keduanya membagikan hasil sidang kepada seluruh anggota yang hadir.

Lucia Hendriati menjelaskan dalam paparannya, bahwa hasil sidang internasional menekankan pentingnya proses mendengarkan, menjumpai, berdialog, dan memahami kelompok rentan yang ada di setiap negara di mana AIC berada.

Hal ini sesuai konsep sinodalitas,yang waktu sidang internasional dipaparkan oleh Romo Thierry Bonaventura. Yakni, di mana setiap aktivitas AIC mengacu pada keterlibatandan partisipasi seluruh umat Allah dalam hidup dan perutusan Gereja.

“Sinodalitas adalah ekspresi hidup dari Gereja Katolik sebagai persekutuan,” papar Lucia.

Sejak berdiri pada 8 Desember 1617 di Paris, Perancis, AIC hadir sebagai wujud keprihatinan dan kepedulian pada korban perang.

Semangat Santo Vincentius a Paulo sebagai pendiri, menginspirasi sekaligus memberi keutamaan-keutamanan, yakni kerendahan hati, kesederhanaan, matiraga, dan semangat kasih (cinta kasih) untuk menyelamatkan jiwa-jiwa guna pelayanan pada kaum miskin.

Ini selaras dengan perkataan Yesus dalam Injil Matius 25:40: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

“Selama 406 tahun berdirinya, setiap anggota International Association of Charities ini berupaya menjadikan orang miskin sebagai guru dan tuan bagi diri anggota, sehingga mampu mewarnai dunia dengan cinta kasih,” kisah Sr. Kristiana PK, Visitatris Serikat Suster-Suster Puteri Kasih Indonesia.

AIC hingga kini ada di 55 negara, dan secara rutin melakukan sidang internasional dengan mengirimkan perwakilan dari setiap negara.

Sidang ini menjadi sarana untuk saling mendukung dan berkoodinasi, serta memperkuat kesatuan atas visi dan spiritualitas yang menggerakkan anggotanya untuk berkontribusi aktif demi terciptanya dunia yang lebih baik.

Mengubah derita jadi sukacita

Dalam homilinya saat ekaristi pengutusan, Romo Paulus Dwintarto CM, memuji peran perempuan yang berdayaguna dan mampu mengubah derita menjadi sukacita, menuju hidup berkelanjutan yang lebih baik.

Immah Natawidjaja, Ketua Dewan Nasional AIC, memberi sambutan serta pesan kepada seluruh anggota AIC yang hadir pada pertemuan nasional (AIC Surabaya)

Semangat ini, kata Romo Dwintarto, yang menjadikan para ibu-ibu tangguh ini mampu membagi diri dan waktu antara urusan rumahtangga, pekerjaan, serta pelayanan.

“Ibu-ibu ini telah menyediakan tenaga, materi, waktu dan pikiran bagi mereka yang kurang beruntung. Sukacita dalam terlibat, mendidik dan mengubah, itu pertama-tama dimulai dari diri yang peduli, sehingga daya kekuatan Roh Kudus memampukan para ibu-ibu untuk konsisten dan kreatif, agar orang miskin punya cita-cita,” tutur Romo Dwintarto.

Rapat Dewan Nasional bersama pengurus unit, dalam pertemuan nasional telah merumuskan kegiatan yang akan dilakukan ke depan. Yakni, kunjungan Dewan Nasional keliling unit se-Indonesia setiap tiga bulan sekali. Serta menetapkan pertemuan nasional mendatang akan diselenggarakan oleh AIC Unit Bojonegoro.

“Kami berharap di pertemuan nasional mendatang, AIC Unit Banjarmasin dan Unit Malang, dapat dihidupkan kembali,” kata Immah Natawidjaja, Ketua Dewan Nasional AIC.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here