SAYA sedang mengikuti Pernas PKKI di Makasar mulai 29 Agustus – 2 September 2016 di Makassar, Sulsel. Berikut ini berita ringkasnya.
PKKI (Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia) XI ini dibuka dengan perayaan ekaristi bersama Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar Mgr. John Liku ‘Ada dengan konselebran Mgr. Bruno Syukur OFM (Uskup Keuskupan Bogor) dan Pastor Leonardus Sugiyono MSC disertai enam orang imam penghubung regio.
Dalam homilinya, Mgr. John mengajak peserta untuk merenungkan tiga tantangan hidup keluarga modern yakni soal relasi, ekonomi, dan iman. Misa pembukaan ini dihadiri oleh semua peserta Pernas PKKI, umat, dan undangan.
Paduan suara sungguh mampu menganggungkan dan mendukung suasana misa. Kini, di aula keuskupan sedang dilangsungkan pembukaan secara resmi dengan program acara utama berupa sambutan-sambutan dan tampilan seni khas makasar.
Orang-orang katolik harus berani keluar dari zona nyaman untuk membangun masyarakat yang lebih baik dalam konteks indonesia. Itulah kata Paus Fransiskus yang kemudian dikutip oleh Mgr. John Liku ‘Ada.
Itu tadi inti sambutan Mgr. John Liku ‘Ada sebagai tuan rumah. Barulah kemudian sambutan dari Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI. Harapannya adalah bahwa keluarga katolik yang berjumlah 10 juta di antara 210 juta itu dipanggil untuk berperan aktif dalam membangun pondasi kokoh keluarga di tengah kehidupan bangsa yang dicabik-cabik oleh terorisme, radikalisme, intoleransi, narkoba, kebakaran hutan.
Keluarga dipanggil untuk menggunakan sarana digital untuk mengembangkan pembinaan iman.
Menteri Agama Lukma Hakim Syaifuddin dalam SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia) ke-5 bulan Oktober 2015 lalu telah menyatakan bahwa pastoral keluarga yang telah dipraktikkan oleh Gereja Katolik itu patut menjadi contoh bagi yang lain. Direktorat Jenderal Islam dan Hindu, kata Sang Dirjen Bimas Katolik, langsung membuat program pemilihan keluarga teladan.
Mari kita berkobar membina keluarga kita masing-masing. Harapannya PKKI ini perlu memikirkan manajemen, metode, dan sarana pewartaan katekese. Perlu kerjasama antar komisi. Komisi jangan jalan-jalan sendiri.
Katekese klasik
Celakalah aku, jika tidak mewartakan Injil. Demikian ungkapan pembuka sambutan Ketua Komkat KWI Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM. Mimpi Komkat KWI adalah konsolidasi pelaku katekese, meneguhkan para katekis yang telah malang melintang memajukan katekese sekaligus regenerasinya, dan menemukan cara baru yang kreatif, atraktif.
Mgr. berharap ikut terjun dlm gerakan awam melalui ME, Priskat, Waberkat, Legio Mariae. Tapi jangan juga lalu meninggalkan karya katekese yang lama: pengajaran iman calon baptis, komuni, dan krisma.
Monsinyur ini mengajak uskup-uskup supaya menyekolahkan imam atau awamnya untuk studi kateketik. Keuskupan Purwokerto tengah menyekolahkan Romo Danang untuk studi kateketik di Perancis.
Selesai sambutan, dilanjukan makan malam diiringi lagu-lagu dan tarian khas Makassar. Selesai makan dilanjut perkenalan Komkat regio dan ditutup dengan doa completorium.