Pertobatan Sejati Menghasilkan Buah yang Nyata

0
36 views
Tobat untuk selamat.

Jumat 5 Juli 2024.

Am 8:4-6.9-12;
Mzm. 119:2,10,20,30,40,131.
Mat. 9:9-13

SEMUA manusia tak ada yang sempurna, pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Baik dosa yang disengaja maupun tidak. Bahkan tidak sedikit orang yang menyebut dirinya pendosa.

Pada suatu titik, kita pasti berhadapan dengan kenyataan diri yang sebenarnya tanpa topeng, tanpa atribut buatan yang kadang menyembunyikan jatidiri kita.

Saat kita berdiam dan introspeksi diri, kita bisa melihat secara dalam borok dan luka karena dosa yang membuat pilu jiwa. Terkadang kita memilih meratapi kesalahan yang pernah diperbuat. Kemudian memohon ampun kepada Sang Pencipta.

“Panggilan Kristus tidak memandang latar belakang sosial atau dosa masa lalu seseorang,” kata seorang sahabat.

“Tuhan Yesus memanggil semua orang untuk mengikuti-Nya, tanpa terkecuali. Namun komunitas atau jemaat punya standar sendiri yang jauh lebih ketat dan keras daripada yang Tuhan kehendaki.

Salah satu syarat dari komunitas atau umat beriman yang lain adalah bukti dari pertobatan. Pertobatan sejati mestinya menghasilkan buah-buah yang nyata, seperti kesediaan untuk meninggalkan hal-hal yang lama dan berbagi iman dengan orang lain,” paparnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: Ikutlah Aku. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.”

Panggilan Yesus mengubah hidup Matius secara radikal. Matius merespons panggilan itu dengan cepat dan dengan sukarela meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus. Dia tidak hanya meninggalkan pekerjaannya sebagai pemungut cukai, tetapi juga mengundang Yesus dan murid-murid-Nya untuk makan bersama di rumahnya.

Tindakan ini menunjukkan kegembiraan dan keinginan Matius untuk membagikan pengalaman pertobatannya kepada orang lain, termasuk teman-teman dan koleganya yang sebelumnya dianggap berdosa dan terpinggirkan.

Pertemuan dengan Tuhan Yesus menjadi momen transformasi spiritual bagi Matius. Dia menyaksikan kasih dan penerimaan yang tidak terbatas dari Yesus, meskipun masa lalunya yang buruk.

Melalui pertobatan ini, Matius menemukan pengampunan dan pembaharuan hidup yang hanya bisa diberikan oleh Kristus. Ia belajar bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar atau masa lalu yang terlalu gelap bagi Allah untuk mengubah dan mengampuni.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menemukan kasih Allah yang begitu besar dalam jalan pertobatanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here