Perubahan dan Pembaruan

0
0 views
"Kosongkan gelasmu"
  • Bacaan 1: Ibr. 5:1-10
  • Injil: Mrk. 2:18-22

Selalu ada hal baru dalam hidup karena zaman memang terus berubah. Termasuk dalam hal pembelajaran, teknologi dan kemajuan zaman. Manusia harus menyesuaikan agar tidak ketinggalan zaman atau bahkan tergilas.

Hari ini Tuhan Yesus berbicara tentang pembaruan dan perubahan hidup dalam melakukan puasa kepada orang-orang Farisi di depan para murid-Nya. Tuhan Yesus mengambil gambaran dari Perjanjian Lama:

  • Perkawinan, gambaran kehadiran Allah (sukacita)
  • Puasa, sebagai persiapan kedatangan Allah (keprihatinan)

Kehadiran Diri-Nya di dunia menghadirkan Kerajaan Allah sehingga orang-orang tidak perlu puasa namun harus sukacita sama seperti saat dalam pesta perkawinan. Puasa menunjukkan situasi keprihatinan sedangkan perkawinan menunjukkan suasana sukacita.

“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.”

Tidak ada orang berpuasa saat di pesta perkawinan.

Tuhan Yesus memperbarui cara pemaknaan hal berpuasa tersebut melalui dua perumpamaan:

  • Secarik kain dan baju tua, melambangkan perubahan dalam hidup seseorang. Cara pandang baru (kenapa para murid-Nya tidak berpuasa) tidak dapat dicampur dengan cara pandang lama (tradisi puasa Yahudi) sebab malah merusak keduanya (membingungkan).
  • Anggur baru dan kantong kulit tua, untuk menerima sesuatu yang baru (perubahan dalam hidup atau ajaran baru), seseorang harus memperbaharui diri, mengosongkan gelas atau membuka “kantong” (pikiran, hati, atau cara hidup) baru, agar dapat menampungnya dengan baik tanpa harus merusak pola pikir lama (tradisi puasa).

Imam Besar Agung.

Penulis surat Ibrani berbicara tentang jabatan Yesus sebagai “Imam Besar Agung” yang keimamatan-Nya diambil dari garis Melkisedek (abadi). Kualitas keimaman-Nya tentu saja berbeda dengan para Imam Besar Yahudi, sebab:

  • Dia mempersembahkan Tubuh-Nya sendiri sebagai penebus dosa manusia sekali untuk selamanya
  • Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”
  • Sebagai “Anak-Nya yang Tunggal”, Dia taat menjalani kisah sengsara-Nya.
  • Sesudah Dia mencapai kesempurnaan-Nya, Dia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Pesan hari ini

Perlu “mengosongkan gelas”, membuka diri dan memperbaharui cara berpikir serta hidup kita (kantong baru), untuk bisa menerima ajaran-Nya dalam memaknai kehidupan.

Bahwa Yesus adalah “Imam Besar Agung” abadi, yang mengorbankan Diri-Nya sendiri sekali selamanya untuk menebus dosa manusia.

“Teruslah bergerak maju, meski perlahan.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here