[media-credit name=”google” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]SESUATU yang aneh terjadi ketika pemilik ladang berkata agar membiarkan lalang dan gandum terus tumbuh. Baru saat tiba panenan, ia sendiri yang akan menyuruh para penuai, bukan penggarap yang tadi datang melaporkan adanya lalang untuk memisahkan lalang dari gandum.
Dalam penjelasannya nanti, Yesus mengatakan bahwa para penuai itu ialah malaikat (ayat 39). Dengan kata lain, kekuatan dari langit sendirilah yang akan membasmi yang jahat. Bukan penggarap yang ada di dunia.
Yang terjadi pada musim panen di akhir zaman dapat menerangkan mengapa pemilik membiarkan lalang tumbuh dan malah melarang penggarap mencabutinya. Pemilik yang tadi menaburkan benih baik tetap tampil sebagai tokoh berwibawa dan tahu apa yang bakal dilakukannya.
Ladangnya tak bakal rusak. Panenannya pasti. Ia tidak tergoda bereaksi sesaat meskipun mendapat laporan ada lalang tumbuh di sela-sela gandum. Ia tahu ada pengganggu. Dan ia mengajak para penggarap mengenali gerak gerik musuh pengganggu dan tidak terjerumus ikut bermain dengannya tanpa sadar.
Anak manusia sang tokoh
Siapakah tokoh itu? Dalam penjelasan kepada para murid, diterangkan bahwa pemilik yang menaburkan benih baik itu ialah Anak Manusia. Ungkapan ini menunjuk kepada diri Yesus sendiri sebagai dia yang telah mendapat kuasa ilahi sepenuhnya untuk mengurus jagat ini. Boleh kita ingat kembali sosok serupa Anak Manusia dalam penglihatan Dan 7:13-14 yang datang ke hadapan Yang Mahatinggi (“Yang Lanjut Usia”) untuk menerima kekuasaan dan kemuliaan yang kekal dan “kerajaannya ialah kerajaan yang tak akan musnah”.
Para murid akan langsung menangkap rujukan kepada tokoh dalam Kitab Daniel ini. Yesus yang mereka ikuti itulah Anak Manusia ini! Untuk apa waswas? Lalang tak lagi berarti apa-apa baginya.
Di hadapan tokoh seperti ini kenyataan yang jahat macam apa pun tak lagi bisa menggoncang. Tak perlu berusaha menyiangi lalang menyingkirkan keburukan. Serahkan padanya! Lebih bijaksana berupaya menyadari diri sebagai benih baik dan tumbuh sebaik-baiknya sampai bisa dituai hasilnya.
Dalam penjelasan nanti, benih ini disebut “anak-anak Kerajaan”, artinya orang-orang yang hidup dalam naungan kuasa Anak Manusia menurut Kitab Daniel tadi. Kerajaannya tak bakal musnah. Para murid boleh merasa tenteram meski hidup di sela-sela lalang, yakni “anak-anak si jahat” yang berasal dari Iblis sendiri.
Jadi diri sendiri
Orang tak diminta memandang diri sebagai yang ditugasi memerangi yang jahat. Jangan jadi mesias! Yang akan mengakhiri yang jahat itu kekuatan dari atas sana. Orang hanya diminta semakin menjadi diri sendiri: benih yang baik, menjadi anak-anak kerajaan.
Mereka juga disebut orang-orang benar yang akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka (ayat 43). Inilah hidup orang yang mau mengikuti dan memihak pada Anak Manusia.
Pusat perhatian bukan pada mencabuti lalang kegelapan, tetapi pada tindakan ikut mengujudkan karya Anak Manusia sendiri. Inilah panggilan para murid. Inilah yang hendak diajarkan kepada orang banyak juga. Inilah spiritualitas budi jernih, bukan sikap rohani yang mau memerangi apa-apa yang dirasa tak beres.
Misa minggu 17 juli 2011 tentang gandum dan ilalang di gereja st odilia bandung. oleh pst tejo osc kotbah nya bagus sbb
Setiap manusia punya gandum (kehendak baik, positif) dan ilalang ( berbuat dosa , negatif). Yesus minta kita untuk selalu menumbuh kan/menyuburkan gandum dibanding ilalang . Gandum yg subur akan dituai para malaikat disurga dan disimpan di surga . Kehendak/kemauan untuk menumbuhkan gandum sedikit demi sedikit di sebut PERTOBATAN . Dengan pertobatan yg terus menurus akan menyuburkan gandum , Bapa disurga akan menuai gandum itu.
Marilah terus suburkan gandum dengan menyuburkan pertobatan di hati kita