Perwira Tinggi yang Rendah Hati

0
96 views
Ilustrasi - Hormat pada bendera Merah Putih. (Ist)

Puncta 2 Desember 2024
Senin Adven 1
Matius 8: 5-11

KALAU kita kedatangan tamu penting dan terhormat, pasti kita akan menyiapkan segalanya dengan baik. Membersihkan rumah, menyapu dan mengepel lantai, pokoknya semua dipersiapkan demi menyambut orang penting.

Tidak hanya persiapan fisik, tetapi juga menyiapkan batin, menata diri dengan tutur kata dan sopan santun yang baik untuk menghormati tamu agung yang akan datang. Sikap hormat dan perilaku yang baik adalah cara yang pantas untuk menghormati tamu terhormat.

Dalam bacaan Injil hari ini, seorang perwira tinggi Romawi memohon Yesus menyembuhkan hambanya yang sakit di rumahnya. Perwira ini seorang yang rendah hati.

Ia merasa tidak pantas menerima Yesus di rumahnya. Ia paham siapa Yesus dan ia sadar siapa dirinya.

Kata perwira itu kepada Yesus: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Ia walaupun seorang perwira yang dihormati bawahannya, tetapi merasa tidak pantas di hadapan Yesus. Ia sadar dan paham siapa orang yang dihadapinya.

Karena imannya yang mendalam, bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hambanya dan sikapnya yang mau merendahkan diri, Yesus menjawab permintaan perwira itu. “Aku akan datang menyembuhkannya.”

Pada Masa Adven ini, kita akan menyambut kedatangan tamu agung yakni Kristus Sang Juruselamat. Sudahkah kita mempersiapkan diri dan hati kita agar layak menerima-Nya?

Kata-kata perwira itu selalu kita ucapkan saat konsekrasi dalam ekaristi. Apakah kita sungguh-sungguh menyiapkan hati dengan pertobatan diri ataukah kata-kata itu hanya hapalan belaka yang kita ucapkan tanpa makna dan kesadaran?

Mengapa kita tidak menerima anugerah seperti perwira itu? Karena kita tidak menyambut Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita menghayati iman hanya karena kewajiban dan hapalan belaka.

Di Pontianak ada tugu Katulistiwa,
Di Singkawang ada barongsay dan naga.
Doa-doa bukanlah hapalan kata-kata,
Iman juga bukan kumpulan rutinitas saja.

Wonogiri, menyambut Tuhan dengan rendah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here