PARA sahabat dan kerabat,
Saya suami almarhumah dr Justina Maria. Isteri baru saja meninggal dunia, setelah sekian lama menderita sakit kanker. Kini, izinkan saya ingin menyampaikan beberapa titipan almarhumah isteri. Saat ia masih hidup dan bicara tentang nilai-nilai kehidupan.
Ia sampaikan permohonan maaf atas semua ucapan dan perbuatan yang mungkin tidak berkenan di hati kawan semua. Lalu, mohon pamit, karena akan melanjutkan perjalanan hidup ke penggalan waktu selanjutnya.
Melanjutkan perjalanan berikutnya
Baginya, hidup di dunia ini hanya sekedar singgah di sebuah sumber untuk melepas dahaga. Setelah itu, semua orang akan melanjutkan perjalanannya. Karena itu, ia sangat hati-hati agar tidak lupa diri berlama-lama dan serta terlena oleh kenyamanan sehingga tidak mampu atau bahkan lupa melanjutkan perjalanannya.
Seperti layaknya perjalanan, kita semua saling bertemu dan berbarengan di sepenggal jalan; kemudian berpisah lagi. Karena itu, sudah selayaknya ia selalu berusaha mengulurkan tangan kepada yang lemah tanpa berpikir imbalan kelak.
Mendampingi 31 tahun sebagai suami almarhumah
Selama mendampingi almarhumah isteri sebagai suaminya selama 31 tahun, banyak hal yang saya rekam.
Salah satunya, kehidupan religiusnya. Devosi kepada Bunda Maria sangat kuat. Tiap pkl 03:00 dan setiap hari, ia bangun, walau dalam keadaan sakit untuk berdoa Rosario. Itu dilakukan hingga tiga malam terakhir sebelum meninggalkan kita semua.
Di pertengahan Desember 2023, ia berkata, “Hidup saya tinggal tiga bulan. Itu paling lama. Saya titip ini.” Inilah titipannya.
- Ingin meninggal di RS saja.
- Jenazah dibawa ke rumah duka.
- Dikremasi dan dimakamkan di makam keluarga di Klaten.
- Sebelum dibawa ke Klaten, abu jenazah dititipkan di rumah penitipan abu.
- Di bawa ke Klaten dan lihat kalau Yohan, anak kami, sudah siap mental.
- Singgah di rumah Yohan sejenak untuk melihat terakhir kali.
- Singgah di rumah Pakem tidur barang satu malam
- Di Klaten, sebelum dikebumikan di makam keluarga tolong singgahkan di Kapel Granting dan Taman Doa .
Ketika berpamitan, ia sampaikan ucapan banyak terimakasih kepada rekan sejawat yang dengan total memberikan perawatan.
Secara khusus saya berterimakasih kepada dr. Budiman dan dr. Zainul Naim. Terimakasih dan mohon maaf. Juga terima kasih kepada RS Karitas Bakti, Sudarso, dan Mitra Medika.
“Saya salah seorang penderita CA Colon. CA pembunuh ketiga selama ini. Walau berat sejali, tetapi saya mampu melewatinya dengan cara berserah diri total kepada Sang Pemilik Hidup saya,” demikian kata isteri beberapa hari sebelum meninggal.
“Sakit yang terakir saya rasakan ini bukan sekedar medis. Namun, ada penyebab lain. Terakhir, saya berterima kasih kepada Suster Lusi, bersama para suster lainnya yang tiada hari tanpa mendoakan saya agar diberi kesembuhan. Tidak Lupa kepada Romo Ambros dan Romo Puji yang memberi Sakramen Tobat dan Sakramen Minyak Suci selagi saya madih sadar dan tahu. Serta, membukakan jalan, agar saya memberi maaf serta melepas dendam kepada siapa pun yang membuat hati saya terluka,” lanjutnya.
“Jadi, kapan pun dipanggil, saya siap,” begitu ungkapan isi hatinya.
Inilah titipan isteri saya. Terimakasih.
Leo Sutrisno – suami almarhumah dr. Justina Maria
3-3-24
Semoga ibu Justina Maria diberikan kedamaian abadi di sisi Bapa di surga dan diampuni segala dosanya. dan semoga Pak Leo Sutrisno dan seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Sedikit berbagi cerita mama saya juga bernama mirip Justina Tri Rahayu dan perjuangan mereka berdua juga sama berjuang melawan kanker CA Colon.
Sedih memang ditinggalkan orang yang paling kita sayangi tapi kita tahu bahwa mereka saat ini sudah berbahagia dan menjadi pendoa bagi kita semua yang masih berziarah di bumi ini. Amen.
Semoga Perjalanan Ibu dr Justina Maria menghadap Sang Pencipta dalam kondisi sangat baik dan dapat bernaung dalam sisiNYa yang damai dan mulia.
RIP ibu Yustina, selamat menikmati kebahagiaan memandang kemuliaan Allah. terima kasih telah memberikan teladan hidup.