INILAH kesan-kesan tiga mahasiswi STAIN Pamekasan di Madura, ketika mereka datang menghadiri –atas udangan kami— dan mengikuti Perayaan Kenaikan Tuhan di Gereja Katolik St. Maria Ratu Para Rasul – Paroki Pamekasan.
Berikut ini kesan-kesan mereka kepada kami.
Baca juga:
- Pamekasan, Madura: Pastor Gerakkan Kelompok Lintas Agama Tanam Bakau Cegah Abrasi
- Pesan Kebhinnekaan dari Camping Keluarga Lintas Agama di Payudan Guluk-guluk, Madura
Ainun Nasyiroh F – STAIN Pamekasan, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Saat saya mengikuti dan berinteraksi secara langsung dengan teman-teman non Muslim, ternyata itu berbeda dengan pemikiran awal saya.
Saya mengira bahwa teman-teman non muslim itu orangnya ‘dingin’. Apalagi saat kami masuk ke dalam gereja, semua mata langsung tertuju pada kami. Saya merasa masuk ke dalam sebuah persidangan dimana saya dan kawan-kawan menjadi ‘terdakwa’.
Akan tetapi, setelah beberapa saat, di sana kami merasakan pengalaman berbeda. Ternyata, semuanya sangat ramah saat kami berbincang-bincang, bersalaman, dan mengambil beberapa foto sebagai kenangan.
Kami juga mendapatkan banyak pengetahuan baru dan pengalaman yang tidak akan bisa kami lupakan. Dan jujur, ini benar-benar pengalaman saya yang pertama kali berteman dengan orang non Muslim. Saya senang dengan hal itu.
Setidaknya dengan hal ini, saya bisa mengurangi rasa canggung saya untuk ke depannya saat bertemu dengan orang-orang non Muslim.
Tentang konfik antara beda pemeluk agama, hal ini sudah sering terjadi dari dulu sampai sekarang. Sepertinya ada benteng pemisah di antara keduanya, tidak bisa bersatu dan mungkin tidak akan pernah bisa. Hal ini wajar, karena keduanya berbeda aqidah, pemahaman, kitab, dst.
Akan tetapi kita bisa bersatu dalam banyak hal yang berbeda, terlepas dari masalah agama. Kalau kita membicarakan masalah agama, maka keduanya tidak akan pernah bertemu. Kita ini hidup di dalam negara yang di dalamnya terdapat bermacam agama dan kita tidak bisa menghindari hal tersebut.
Konteks atau cara lain yang mungkin bisa menyatukan kita adalah posisi kita sebagai anggota masyarakat dan sebagai seorang warga negara. Di situlah kita bisa menciptakan kerukunan menjalin persaudaraan dan membangun bangsa bersama.
Ini bisa kita jadikan landasan untuk hidup bersama.
Maulidatun Ihsani – Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Makul Sosiologi agama
Tentang kesan mengikuti Hari Kenaikan Tuhan, inilah jawab saya.
Ini sangat menyenangkan, menambah pengalaman, bisa lebih menjaga toleransi antar umat beragama, menambah teman. Juga, ini merupakan pengalaman yang sangat menarik yang akan selalu diingat.
Tentang konflik antara muslim dan non muslim, demikian menurut saya, konflik itu terjadi atas prakarsa seseorang atau kelompok yang mereka tidak bisa menjaga toleransi antar agama. Itu karena begini. Kita semua ini hidup di negara yang di dalamnya terdapat banyak agama; dimana kita dituntut untuk menghormati agama tersebut, dan tidak boleh saling menyakiti.
Kita boleh tidak meyakini agama lain, selain keyakinan kita, tapi tidak dengan cara kekerasan aau paksaan lainnya yang nantinya akan merusak toleransi dalam beragama.
A Hayyinah – STAIN Pamekasan dari Gadu Barat Ganding Sumenep
Terima kasih kepada seluruh pimpinan Gereja Katolik St. Maria Ratu Para Rasul – Paroki Pamekasan yang telah meluangkan waktu dan penyambutan yang istimewa untuk kami. Hal itu merupakan suatu hal yang sangat membanggakan. Semoga Tuhan selalu memberkati.
Setelah kami melakukan penelitian, alhamdulillah hal itu telah meningkatkan rasa solidaritas antar umat beragama; khususnya bagi saya sendiri.
Sekarang kami semakin sadar bahwa pada intinya semua agama itu sama. Yakni, bertujuan untuk keselamatan umat. Hanya saja perbedaan aqidah menimbulkan cara ibadah yang berbeda dan itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi setiap agama.
Tentang konflik antara beda pemeluk agama, menurut saya, yang pertama terjadi karena unsur politik yang mengatasnamakan suatu agama untuk memecah belah antar umat beragama.
Yang kedua, itu karena pandangan suatu kelompok terhadap ajaran suatu agama yang terlalu fundamentalis sehingga mereka hanya mengartikan suatu ajaran secara kontekstual tanpa melakukan penafsiran.
Tapi yang jelas, kami memandang masalah-masalah yang terjadi ini bukan karena ajaran agama masing-masing itu. Ini karena setiap agama bertujuan untuk memanusiakan manusia dan menciptakan perdamaian.
A. Laily Fitria Qomari – Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Kesan pertama saya ini merupakan hal yang sangat menyenangkan. Kami bisa bertemu, bertatap muka langsung dengan pastor katolik, berjabat tangan dengan saudara non Muslim. Ini hal yang belum pernah terjadi dalam hidup saya.
Terima kasih untuk penyambutan istimewa atas kedatangan kami. Ini akan menjadi kenangan yang sangat membahagiakan bagi kami, terutama saya.
Tanggapan saya tentang beberapa hal yang terjadi antar umat yang berbeda keyakinan. Ketika kita bertemu dan mengatasnamakan agama, maka tidak akan pernah ada yang namanya perdamaian karena keyakinan, aqidah, dan masih banyak lagi tentang agama yang berbeda sehingga membuat suatu jarak di antara umat beragama.
Jika kita berkumpul atas nama kemanusiaan dan kerukunan, maka di situlah akan hadir perdamaian.
Moch. Thoriqil Akmal Buchori
Sebelumnya terima kasih banyak kepada romo telah mengizinkan saya melakukan penelitian yang mana penelitian ini saya buat untuk pengalaman juga baru pertama kali ke gereja. Terima kasih juga sudah menyambut kami dengan ramah dan baik , mungkin banyak yang kita ketahui terkait dengan permasalahan Ras , Agama dan Budaya, kita sebagai masyarakat Indonesia harus menghilangkan darimana mana kita berasal atau lebih tepatnya jangan memandang status sosial kita, entah itu dari umat selain Muslim.
Yang harus kita pikirkan adalah kemanusiaanya antara satu sama lain. Karena dalam kehidupan masyarakat ini, tentunya seorang Muslim tidak seharusnya hidup di tengah-tengah masyarakat muslimin saja. Di tengah-tengah kita juga ada kaum agama lain yang juga hidup bersama kita. Karena sejak kecil kita diajari bersosialisasi, yang penting kita tetap dalam satu keyakinan.