Siapakah yang tidak mendambakan kasih? Ada orang yang mengalaminya; ada pula yang masih sedang mendambakannya. Dalam hidup ini, adakah kasih nan sempurna?
Yesus bersabda, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yohanes 15: 9-11).
Sabda itu mengingatkan orang akan pentingnya mengikuti perintah Yesus agar orang bisa tinggal di dalam kasih-Nya. Yesus membandingkan cinta-Nya kepada para murid dengan cinta kepada Bapa-Nya. Cinta-Nya itu sempurna dan tanpa syarat.
Dia menunjukkan jalan bagi orang yang ingin mengalaminya, yakni dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Itu bukan tentang ajaran moral (harus ini atau dilarang itu), melainkan mengasihi dan melayani sesama. Itulah yang Yesus lakukan. Dia mengasihi Allah dan rela mati bagi manusia.
Ada dua jalan yang bisa ditempuh. Pertama, mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Inilah perintah terbesar (Markus 12: 30). Kedua, mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Ini perintah terbesar kedua (Markus 12: 31).
Dengan melaksanakan kedua perintah itu, orang akan mengalami sukacita dan damai sejati. Itu bukan kegembiraan yang memuaskan perasaan, melainkan sukacita yang mengalir dari rasa damai dan kasih dari Tuhan.
Lebih dari itu, dengan memenuhi kedua perintah utama itu, orang mengalami hidup yang sungguh bermakna. Kita mengalami kasih bukan hanya saat dikasihi, tetapi juga waktu mengasihi.
Yohanes 15: 9-11 mengajarkan hal utama dan mendasar bagi hidup kita. Kasih nan sempurna dialami dalam kasih kepada Allah dan sesama. Konkretnya, dalam melayani sesama dengan penuh kasih. Pesan singkat nan mendalam, bukan?
Kamis, 11 Mei 2023
