MENU acara utamanya memang ajang lomba nyanyi lagu-lagu rohani liturgis bercitarasa sangat Katolik. Namun, sebagai pemrakarsa acara dan pelaksana kegiatan bersama mitra lokalnya yakni Pemda Provinsi Maluku, LP3KN (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Nasional) sejak awal ingin mengemas program acara nasional ini lebih ‘padat’ dan ‘berisi’ lagi.
Dengan demikian, selain ajang festival lagu-lagu rohani liturgis Katolik, PESPARANI 2018 di Ambon (28 Oktober-2 November 2018) juga akan diisi dengan aneka program lain dalam bentuk seminar nasional dan diskusi umum.
Laboratorium perdamaian
Program-program ini dilakukan sebagai upaya untuk pengayaan wawasan dalam rangka menyemai dan memelihara semangat kebangsaan serta merawat kohesi sosial di tataran masyarakat di Indonesia, teristimewa di Maluku dan Ambon secara khusus.
PESPARANI 2018, Saatnya Mewartakan Kohesi Sosial di Maluku kepada Publik (2)
Dalam konteks politik yang lebih luas, Ambon menjadi penting karena di Ibukota Maluku ini pernah terjadi keberingasan massal kurun waktu tahun 1999-2001 saat terjadi konflik horizontal antarumat beragama.
“Jadi, acaranya buka hanya lomba nyanyi saja. Tapi ada kemasan lain yang berbobot dan bernuansa kebangsaan. Di antaranya program seminar dan kesempatan mengalami Ambon sebagai ‘laboratorium’ perdamaian sosial di tingkat masyarakat,” ungkap Ketua LP3KN Prof. Adrianus Meliala dalam jumpa pers di Jakarta (16/10/18), sepekan jelang PESPARANI 2018.
Sebagai forum bersama Umat Katolik dalam gelaran pesta paduan suara ini, kata Adrianus, PESPARANI mesti dikemas lebih ‘berdayaguna’ secara kohesi sosial. Forum bersama ini hendaknya juga menjadi kesempatan bagi setiap delegasi Umat Katolik yang merupakan kontingen masing-masing provinsi di seluruh Indonesia untuk saling kenal, mengalami sendiri betapa masyarakat Indonesia ini pluralis dan terikat oleh kohesi bersama yang namanya toleransi.
Meski menampung berbagai acara perlombaan paduan suara yang sifatnya berkompetisi memenangkan kejuaraan, sambung anggota Ombudsman Indonesia ini, namun PESPARANI mesti menyuguhkan sesuatu yang berbeda bagi segenap Umat Katolik, para peserta forum ini.
Tiada lain, kata profesor ahli kriminologi UI ini, adalah pengalaman merasakan diri bagaimana masuk dalam kancah ‘laboratorium’ persaudaraan sejati di berbagai lapisan masyarakat berbeda keyakinan religiusnya. Dan itu akan dialami di Ambon, Maluku.
Presiden Jokowi datang
Pada bagian lain, Prof. Adrianus Meliala juga menyampaikan harapannya bahwa Presiden Joko Widodo semoga saja tetap menepati ‘janjinya’ akan datang membuka acara PESPARANI 2018 di Ambon pekan mendatang.
“Sampai hari ini (Selasa kemarin, Red.), dari semua pejabat teras di Kantor Setneg dan Kantor Staf Kepresidenan masih mengkonfirmasi bahwa Pak Jokowi tetap berencana akan datang menghadiri PESPARANI sekaligus membukanya” ungkap Adrianus.
Harapan yang sama juga diungkapkan Uskup Keuskupan Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC. “Saya pikir beliau mesti datang ke PESPARANI di Ambon,” tuturnya dalam sebuah tayangan video.
Selain Presiden Jokowi, panitia juga berharap Wapres Jusuf Kalla akan hadir dan berkenan menutup acara PESPARANI 2018.
Rombongan KWI, utamanya para Uskup dari seluruh Indonesia, kata LP3KN, juga diharapkan kehadirannya sebagai bentuk dukungan moral kepada panitia dan peserta PESPARANI 2018. (Berlanjut)