Pesparani Sumsel: Pentas Seni Lintas Agama untuk Sumsel Bersatu dan Damai (6)

0
227 views
Gubernur Provinsi Sumsel Herman Deru memukul gong tanda resmi dibukanya Pesparani I Sumsel di Palembang. (Kristiana Rinawati)

BHINNEKA Tunggal Ika terpancar dalam acara seremonial pembuka Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik 1 Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Hal ini dituturkan oleh Gubernur Sumsel H. Herman Deru, SH, MM, Sabtu malam (26/10).

“Saya bangga betul malam hari ini bisa bertemu dengan Bapak Ibu sekalian. Bahagia sekali saya. Saya mengatakan kepada Bapak Uskup, inilah Indonesia,” seru Gubernur Provinsi Sumsel Herman Deru, yang sebelumnya menjabat Bupati Ogan Komering Ulu, Sumsel.

Berbeda untuk bersatu

Indonesia, kata Herman Deru, dibangun dari berbagai macam perbedaan, yang menjadi satu kekuatan. Kekuatan itu dinamakan persatuan.

“Maka persatuan itu yang paling berharga. Saya yakin, apa yang kita cita-citakan untuk mempertahankan Sumsel sebagai wilayah zero conflict.  Ini kita harap bersama bisa akan berlanjut sampai akhir zaman,” tuturnya disambung tepuk tangan lebih dari 2.000 orang di Main Dining Hall, Jakabaring Sport City, Palembang.

Pesparani Sumsel I ini mengusung tema “Membangun Persaudaraan Sejati Menuju Sumsel Maju untuk Semua”.  Perhelatan ini mengundang empat agama besar untuk mengapresiasikan iman mereka dalam seni.

  1. Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang menampilkan Hadroh Sholawat Nabi.
  2. Wanita Hindu Dharma Indonesia menampilkan Tari Belibis.
  3. Pesparawi Kristen Protestan menyanyikan lagu berjudul Doa bagi Bangsa.
  4. Vihara Maitreya Duta Palembang mempersembahkan Tarian Kasih Semesta.

Keberagaman yang menyatu terwujud lagi, tatkala aparatur pemerintahan dan keamanan Sumsel, serta para tokoh agama duduk bersama, saling bercengkrama.

Seni Merajut Persatuan

Persatuan terjadi tatkala manusia mampu menerima perbedaan. Seni dipandang ampuh dalam hal ini. “Kalau kita suka Iwan Fals, apakah harus menanyakan agamanya dulu? Nggak. Inilah seni. Maka kesenian itu penting, seperti Pesparani ini,” katanya Herman Deru sembari tersenyum.

Menjadi peristiwa istimewa bagi Bapak Gubernur, tatkala empat agama besar, yaitu Islam, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha, mementaskan seni agama mereka.

“Ada yang spesial malam ini. Lintas agama menunjukkan keseniannya. Ini sudah merupakan perwujudan sila ketiga (Pancasila), Persatuan Indonesia. Ini yang harus kita pertahankan,” ajak Gubernur Herman Deru.

Seni untuk Perdamaian

Pentas seni dari ketiga agama hendak menunjukkan keterbukaan. Begitulah kata Bapak Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.

“Pentas seni persembahan saudara-saudari kita dari agama-agama lain itu sudah menunjukkan keterbukaan, kebersamaan untuk membangun Sumatera Selatan yang damai,” tutur Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Sudarso SCJ.

Lebih dari itu, kehadiran para tamu undangan, kata Monsinyur, membawa berkat dan kesejukan bagi umat Katolik di Provinsi Sumatera Selatan. Dia berharap, dukungan dari berbagai pihak atas Pesparani I ini semakin membuat umat “100% Katolik, 100% Indonesia”.

Sekat perbedaan hilang

“Kami dari pengurus LP3KN (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional),tergelitik dengan suasana yang ada di sini. Sekat-sekat yang ada hilang dalam kebersamaan yang ada sekarang di sini,” kata Sekretaris Umum LP3KN Toni HF Pardosi S.Ag.

Ajang Pesparani, menurutnya, merupakan kesempatan saling bertemu dalam keberagaman. Ini penting, karena sejatinya umat Katolik hidup dalam keberagaman.

“Kesempatan seperti ini bukanlah kesempatan yang murah. Ini kesempatan langka, yang akan menjadi tradisi yang melekat di hati kita, apabila kita melaksanakannya secara terus-menerus,” kata Toni dari Direktorat Bimas Katolik Kemenag RI Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here